bidik.co — Presiden Republik Indonesia Joko Widodo akhirnya mengeluarkan pernyataan yang terbilang detail terkait polemik sepakbola di tanah air. Intinya dia ingin ada reformasi total di sepakbola, termasuk di tubuh organisasinya.
Demikian disampaikan Jokowi kepada wartawan di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusumah, Jakarta, Sabtu (30/5/2015) sore, sepulangnya presiden dari kunjungan kerja di Sulawesi.
Pertama, Jokowi menerangkan adanya kesan bahwa dirinya dan Wapres Jusuf Kalla berbeda pandangan terhadap upaya pemerintah (Kemenpora) dalam membenahi tata kelola sepakbola di Indonesia.
“Semua sebetulnya sama. Itu dalam rangka pembenahan PSSI. Jadi, baik Pak Wapres maupun saya sama sebetulnya. Keinginannya sama: ingin pembenahan PSSI,” ucap Jokowi.
Disinggung tentang deadline dari FIFA pada 29 Mei kemarin, Jokowi malah berpanjang lebar mengenai prestasi sepakbola Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
“Perlu saya sampaikan. Coba dilihat dulu, selama 10 tahun prestasi kita tuh apa. Ini saya punya catatan. Nih, catatannya, dari 2002, 2006, 2010. Tidak lolos kualifikasi Piala Dunia. Asia saja tidak lolos. Piala Dunia, kemudian di Piala Asia, AFC 2004 sampai babak I, tahun 2007 juga babak I. Tahun 2011 tidak lolos kualifikasi di tingka Asia.
“Kemudian dilihat lagi peringkat di FIFA sejak 2012, karena saya punya semuanya. Tahun 2012 di angka 156 dari semua negara. Tahun 2013 peringkat 161, 2014 di nomor 159. Tahun ini juga sama, 159.
“Melihat ceritanya harus lebar, seperti itu yang dilihat. Kita ini hanya ingin ikut event internasional, atau ingin prestsai? Kalau hanya ingin event internasional tapi selalu kalah. Saya tanya, lalu kebanggaan kita ada di mana?
“Kita ikut terus event internasional, kualifikasi Piala Dunia, di tingkat Asia, ASEAN, tapi kita malu terus, kalah lagi, kalah lagi, kalah lagi. Yang ingin kita lakukan adalah pembenahan total. Pembenahan total daripada kita punya prestasi seperti itu terus sepanjang masa.
Jokowi akhirnya sampai pada masalah pembekuan PSSI yang dilakukan menterinya, Menpora Imam Nahrawi. Ia dengan jelas menyatakan dukungan pada apa yang dilakukan oleh pembantunya itu, jika itu memang program untuk pembenahan sepakbola.
“Ya kalau terjadi pembekuan, ya memang harus ada pembenahan total, reformasi total, pembenahan manajemen, pembenahan sistem,” ucap Jokowi.
Jadi, SK pembekuan tidak jadi dicabut, Pak? Tanya wartawan.
“Ditanyakan saja ke Menpora. Saya kita sudah bisa ditangkap (apa yang kita inginkan). Mestinya PSSI dan pemerintah bekerjasama yang baik. Ini bukan intervensi lho. Kita semua ingin sepakbola kita jadi lebih baik,” papar Jokowi.
Lalu Jokowi menyimpulkan, langkah-langkah apa yang mesti dilakukan pemerintah setelah pembekuan PSSI adalah urusan Kemenpora.
“Hal tenis, tanyakan ke Kemenpora, jangan ke presiden. Soal nasib pemain, wasit, dan lain-lain, itu sudah teknis. Tanya ke Menpora,” sahutnya. (*)