bidik.co – Sebuah jubah asli milik Pangeran Diponegoro akan segera dibuat tiruannya. Pasalnya, jubah asli yang disimpan di Museum Bakorwil II Magelang itu saat ini dalam kondisi memprihatinkan.
“Rencananya memang ada duplikasi jubah Diponegoro. Sedangkan jubah asli akan disimpan dengan cara khusus agar lebih awet,” kata Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Museum Bakorwil II Kota Magelang, Ismun Winarno, Minggu (14/6/2015).
Ismun mengakui bahwa kondisi jubah yang pernah dipakai Pangeran Diponegoro berjuang melawan penjajah kolonial itu sudah mulai rusak, kumal, dan berpotensi lapuk. Oleh sebab itu, pihaknya berkoordinasi dengan pihak Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk penyelamatan jubah berbahan kain santung itu.
Untuk menggandakan jubah tersebut, Ismun akan mendatangkan penjahit profesional dari lokal Magelang, Jawa Tengah. Meski hanya duplikat, namun akan dibuat semirip mungkin dengan warna dan ukuran yang sama dengan aslinya.
“Penjahitnya nanti akan datang mengukur jubah asli, karena duplikat harus benar-benar mirip aslinya. Untuk kain tetap pakai kain jenis santung,” ungkap Ismun.
Sementara itu, lanjutnya, jubah Pangeran Diponegoro yang asli akan disimpan secara khusus. Jubah itu akan tidak akan gantung menggunakan hanger seperti sebelumnya, melainkan diletakkan pada kemiringan 45 derajat. Hal ini untuk mengurangi kerusakan terjadi pada jubah.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan menyebut kondisi jubah Pangeran Diponegoro yang berada di Kamar Pengabadian Diponegoro museum Bakorwil II, Kota Magelang mendesak untuk diselamatkan.
Kondisi jubah yang sudah uzur dan mengalami pemekaran karena sudah lama digantung harus segera ditangani.
“Jubah ini harus diselamatkan, dan kalau saya lihat memang ukuran jubahnya mengalami pembesaran dan pemekaran dari ukuran aslinya,” kata Anies saat mengunjungi Kamar Pengabadian Pangeran Diponegoro di Museum Bakorwil II, Kamis (11/6/2015).
Anies kemudian memandang dengan seksama jubah yang terbuat dari kain santung itu. Dia kemudian melihatnya dari atas ke bawah dan mengambil ponselnya.
Kemudian, dia juga sempat mendengarkan penjelasan dari pihak museum Bakorwil II mengenai kondisi jubah yang digunakan Diponegoro saat perang Jawa, 1825-1830 ini.
“Jubah ini harus segera diselamatkan agar tidak rusak karena merupakan peninggalan sejarah tak ternilai. Kalau untuk kayu-kayu saya kira aman,”jelasnya.
Ki Roni Sodewo, salah satu keturunan ke tujuh dari Diponegoro yang bermukim di Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dia menyebut, perawatan yang saat ini dilakukan masih belum memenuhi standar.
“Saat ini khan masih menggunakan kapur barus dan digantung di lemari. Ini sangat mudah lapuk dan menyebabkan cepat rusak,” ujarnya kemarin.
Ki Roni menjelaskan, dengan digantung berdiri di lemari, jubah yang terbuat dari kain santung itu akan mudah rusak karena faktor gravitasi.*****