bidik.co — Dari mulai iseng-iseng, Dzuatqya (25) Pemilik Anaya Hijab kini sudah mulai memetik hasil sebagai pengusaha. Meski baru menggeluti usaha 11 bulan, Dzuatqya sudah bisa meraup omzet puluhan juta rupiah/bulan dari bisnis jilbab bayi.
“Usaha ini baru jalan 11 bulan. Awalnya dari iseng-iseng jualin barang orang lain secara dropship. Lama-lama kepingin jual barang sendiri. Pengen desain sendiri. Ingin bikin model dan milih warna sendiri,” katanya kepada detikFinance, di sela-sela acara Muhammadiyah Expo 2015 di Monas, Jakarta, Kamis (28/5/2015).
Ia mengatakan, latar belakang dirinya membuat sendiri jilbab karena berdasarkan pengalaman menjual produk orang lain atau reseller karena tak bisa berkreasi dan harus menunggu barang yang biasanya telat.
“Modal awal dari tabungan sendiri Rp 5 juta. Habis untuk beli bahan, biaya jahit, kemasan dan promosi. Dari modal itu baliknya cepet, satu bulan udah bisa balik,” katanya.
Ia memulai produksi jilbabnya dari 100 jilbab bayi udah balik modal. Ide bikin jilbab bayi awalnya karena dirinya punya anak perempuan. Dzuatqya hanya mengandalkan mesin jahit di tempat kakaknya yang juga usaha konveksi.
“Saya foto terus di-share di Instagram, banyak yang suka dan minta dibikinin juga. Produk yang dibikin awalnya cuma jilbab anak,” katanya.
Bisnisnya terus bergulir, dari satu model dirinya terus berinovasi terus menjadi 5 model. Alasannya membuat jilbab bayi karena pangsa pasarnya bagus.
“Ide model-modelnya saya coba amatin model jilbab orang dewasa yang bisa diubah ke model bayi dan anak-anak. Gamis bayi kan masih jarang juga yang bikin. Saya bikin dari mulai usia 0-6 tahun,” katanya.
Kini usahanya terus bergulir, selama 11 bulan berjalan sekarang udah ada 15 orang reseller dari kalimantan, Aceh, Lampung, Pekanbaru, Jakarta dan Surabaya.
“Sebelumnya saya karyawan di instansi pemerintah sebagai penyuluh UKM. Sering kasih penyuluhan, ternyata jadi termotivasi sendiri. Sekarang enakan jadi wirausaha, waktunya bebas jadi lebih banyak waktu sama keluarga,” katanya.
Ia mengatakan, setiap bulan sudah bisa jual jilbab sebanyak 1000 lebih. Setiap minggu bisa produksi 200-300 jilbab. Harga jilbab bayi mulai dari Rp 45.000 sampai Rp 55.000.
“Kalau gamis baru di-launching sekarang ini, banyak pembeli yang minat. Untuk gamis dijual Rp 85.000. Buat setelan gamis dan jilbab dijual lebih murah, per setnya Rp 125.000,” katanya.
Kunci sukses usahanya antara lain dalam pemilihan bahan, yaitu menggunakan jersey premium agar konsumennya tak terlalu gerah terutama bayi dan anak-anak yang memang banyak gerak. Pilihan warnanya pun disesuaikan, pilihan warna-warna pastel.
“Sekarang produksi udah dibantu sama 2 orang penjahit,” katanya.
Cara pemasarannya pun melalui reseller dan dropship pihaknya memberi diskon 10%-15%. Sementara dropship 10%-30%, lokasi usahanya ada di Jalan. Letda Nasir Bo. 28, Bojongkulur, Jatiasih, Bekasi.
“Omzet per bulan udah Rp 60 juta. Masih muter terus, buat ngeluarin model baru. Inovasi terus karena pasar cepet bosen. Keluar model baru ada yg ngikutin atau terinspirasi,” katanya.
Ia bermimpi produk jilbabnya bisa makin dikenal di seluruh Indonesia. Permintaan paling banyak saat ini grosiran buat baby shop di Tangerang. “Kita pengen punya toko baik di mal maupun di tempat strategis lainnya. Kita buka reseller seluruh dunia,” harap Dzuatqya. (*)