bidik.co — Siapa sangka, gadis cantik Octa Viantary (23) jadi ketua RW! Dari usia, jelas belum senior layaknya ketua RW di daerah lain. Jabatan menjadi ketua rukun warga (RW) biasanya identik dengan sosok berusia tua. Tapi hal itu tak berlaku untuk Octa.
Perempuan kelahiran Yogyakarta tahun 1991 itu mulai menjabat sebagai Ketua RW 13 Kelurahan Tegalpanggung, Kecamatan Danurejan, sejak tanggal 31 Maret 2015.
Mengemban sebagai pemimpin warga di tingkat RW, Vian mengaku santai. Dia akan berusaha menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan motonya, yakni menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya. “Dengan begitu, akan ada hal yang lebih baik menunggu di depan,” tuturnya mantap.
Vian memang memiliki ‘darah’ pemimpin. Ayahnya, Kuat Rinto Raharjo, menjabat ketua RT sejak tahun 1994. Selain sebagai ketua RW, saat ini Vian adalah mahasiswi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Terpilih sebagai ketua RW, Octa ingin berbuat nyata. “Harus ada langkah nyata, aku nggak ingin omong-omong tok,” kata Vian, panggilan akrab Octa Viantary, di rumahnya di RT 55 RW 13 Kelurahan Tegalpanggung, Kecamatan Danurejan, Yogyakarta, Rabu (8/4/2015).
Saat maju sebagai ketua RW, awalnya Vian mengaku minder. Dia sempat menolak. Di hari-hari terakhir menjelang pemilihan, ia baru merasa mantap. Modalnya adalah dekat dengan warga. “Aku ingin bekerja sama dengan mereka (warga),” tuturnya.
Octa merupakan mantan finalis model Aneka Yes tahun 2006. Saat itu dia menjadi finalis bersama sejumlah model baru yang kini menjadi artis terkenal di ibu kota.
“Salah satunya itu Glen Alinsky, pacarnya Chelsea Olivia, itu teman saya satu angkatan finalis,” katanya.
Karena alasan ekonomi dia tidak terpikir untuk berkarir di Jakarta sebagai artis. Dia memilih kembali Yogyakarta dan meneruskan sekolahnya.
“Kalau kita di daerah susah mau jadi artis, harus ke Jakarta. Kalau waktu itu saya pindah, kondisi ekonomi juga belum memadai,” ujarnya.
Aktivitasnya sebagai model tidak lagi dia teruskan setelah menjadi mahasiswi. Dia mengaku memilih lebih fokus pada kuliah dan memulai bisnis jualan cokelat.
“Tapi saya sampai sekarang masih ngajar ekstrakurikuler modeling di SMP Maria Imakulata, sudah tidak pernah lagi modeling, lebih fokus menyelesaikan kuliah,” ungkapnya.
Mengani posisinya sebagai ketua RW, Octa menuturkan, awalnya, pada bulan Februari 2015, dia ditawari oleh ibu-ibu untuk maju dan mendaftar menjadi calon ketua RW. Saat itu, dia masih belum menanggapi serius sebab obrolan itu hanya bernada candaan.
“Saya kan sering ngobrol bareng ibu-ibu, ya diusulkan agar daftar. Tapi, saya mikir-nya hanya bercanda, nah sebenarnya bapak (ayah Octa) yang digadang-gadang untuk jadi ketua RW. Hanya, bapak tidak bersedia,” ujar Octa.
Berawal dari obrolan ibu-ibu itulah, dukungan warga akhirnya terus mengalir agar Octa maju dalam bursa pencalonan ketua RW. Melihat begitu besar antusiasme warga, mahasiswi jurusan Psikologi Universitas Sanata Dharma ini pun membulatkan tekadnya untuk maju.
“Malam sebelum pendaftaran ditutup, saya memutuskan maju. Ya tentu karena warga menginginkan dan mendukung,” ucap dia.
Menurut Octa, ada empat calon yang maju dalam bursa ketua RW saat itu. Dari empat itu, hanya dia yang paling muda dan bahkan jeda usianya terpaut jauh dengan kandidat lainnya.
Meski paling muda, wanita mantan finalis model majalah Aneka Yess 2006 ini tak berkecil hati. Ia justru semakin mantap untuk maju dan membuat perubahan dengan semangat mudanya. “Tiga itu bapak-bapak, ada yang sudah punya cucu juga. Tapi, saatnya yang muda yang maju dan bergerak untuk perubahan,” ucap dia.
Alhasil, Octa Viantari berhasil terpilih menjadi Ketua RW 13. Guru ekstrakurikuler modeling di SMP Immaculata Yogyakarta ini memperoleh total 42 suara dari total pemilih 105 orang. “Saya dapat 42 suara dari total 105. Ya berarti saya diberikan kepercayaan. Dilantiknya baru kemarin 31 Maret,” ujar dia.
Perempuan kelahiran 27 Oktober 1991 ini mengaku tidak terbebani dengan jabatan ketua RW meski saat ini dia sedang mengerjakan skripsi. Selama ini, dia mengaku dekat dengan warga, baik ibu-ibu maupun bapak-bapak.
“Saya kalau ada acara di kampung selalu mengajari anak-anak menari, menyanyi, jadi dekat. Bahkan, belajar make-up juga, kan kebetulan saya juga mengajar itu dan modeling,” tutur dia.
Selain itu,sejak dahulu, ia sudah sering mengikuti kegiatan organisasi sehingga mengoordinasi orang ataupun memimpin rapat bukanlah hal yang asing baginya.
“Saya mau mengajak semuanya bekerja bersama-sama membangun menuju lebih baik. Gotong royong itu pasti, hanya saat ini belum ada mau apa, soalnya belum rapat, kan baru dilantik,” ucap dia lagi.
Octa pun tak merasa takut ketika tidak dihargai oleh warga karena usianya masih muda. Baginya, yang terpenting adalah bukti nyata dari perubahan. Tentu perubahan yang berguna bagi masyarakat. “Komitmen saya bekerja dan berkarya menunjukkan wujud nyata,” kata dia. (*)