bidik.co — Dua organisasi keagamaan terbesar di Indonesia Nadlatul Ulama dan Muhammadiyah menginginkan pemilihan langsung dalam pemilihan kepala daerah dihapuskan.
Ketua Umum Pengurus Besar Nadlatul Ulama (PBNU) Hasyim Muzadi mengusulkan pemilihan langsung dalam pemilihan kepala daerah dihapuskan. Alasannya, pilkada telah menumbuhkan pragmatisme yang kuat dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
“Pilkada langsung dihapus saja. Sistem demokratisasi ini akan membangun pragmatisme yang akan menghancurkan tata nilai sosial,” kata Hasyim dalam Seminar Nasional “Masyarakat Sipil dan Demokratisasi di Indonesia: Belajar dari Pengalaman Pemilu dan Pilkada” di Hotel Gran Mahakam, Rabu (5/8/2014).
Hasyim menuturkan, masyarakat lebih memilih cash and carry dalam kehidupan berdemokrasi. Hal itu, kata dia, akibat kuatnya para politisi menggunakan pragmatisme dalam berpolitik. Dia melanjutkan, pragmatisme yang mulai marak ini akan berakibat sistem kontrol hilang. “Politisi pun berpikir kewajibannya kepada masyarakat sudah dibayar cash and carry,” ujarnya.
Kondisi ini, menurut mantan Ketua Umum PB NU ini, akan mempersulit pembangunan nilai agama dan kearifan lokal. Pragmatisme telah memotong garis tata nilai. “Ketokohan seorang kiai tidak akan diikuti masyarakat, akibat pragmatisme yang berkembang di masyarakat,” ujarnya, “Kepercayaan itu akan semakin pupus.”
Sementara itu Ketua Lembaga Hikmah Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Bachtiar Effendy menilai, pemilihan secara langsung bisa dihapuskan untuk tingkat provinsi. “Kalau (pemilihan langsung) provinsi kami dukung (dihapuskan). Pemilihan di kabupaten/kota tetap perlu sesuai dengan semangat otonomi daerah,” ujarnya. (ai)