bidik.co --- Tentu sudah bukan rahasia lagi bagi kita bahwa etnis Tionghoa terkenal dengan cara mengatur keuangan yang ajib. Coba saja cek daftar konglomerat Indonesia versi Forbes. Pada urutan tiga besar, kamu akan menemukan nama R.Budi dan Michael Hartono, Susilo Wonodijojo (Cai Daoping), dan (Alm) Eka Tjipta Widjaja. Sementara dari ranah Internasional, kamu mungkin sudah tidak asing dengan miliarder Jack Ma, Li Ka-Shing, atau bahkan Ma Huateng, pendiri perusahaan teknologi raksasa, Tencent. Padahal jika diselisik, mayoritas taipan beretnis Tionghoa di atas bukan berasal dari keluarga berada. Sebut saja Eka Tjipta Widjaja, pemilik Sinar Mas Group yang baru saja menutup usia. Dulu, dia harus merantau meninggalkan kampung halamannya di Quanzhou, Cina, demi bertahan hidup. Eka Tjipta Widjaja bahkan harus putus sekolah dan berjualan keliling demi membantu perekonomian keluarga. Jadi, kira-kira apa yang membuat orang Tionghoa lebih cepat meraih kemerdekaan finansial? Kamu yang ingin mencetak kesuksesan serupa, berikut ini 6 tips mengatur keuangan ala orang Tionghoa yang bisa ditiru. Pertama, Disiplin menabung Dibandingkan negara di Asia lainnya, warga Cina terkenal dengan kebiasaan menabung secara disiplin. Rata-rata keluarga di Cina mampu menyisihkan 30 hingga 50 persen penghasilan untuk dana tabungan. Hal ini terbukti dari rasio menabung masyarakat Cina yang mencapai 46,4 persen di tahun 2017. Sementara, rasio menabung di Indonesia berada di angka 34,9 persen. Sebelum terjadinya reformasi ekonomi di Tiongkok, banyak warga yang kehilangan pekerjaan ataupun bekerja tanpa bayaran, sehingga warganya harus hidup dalam kesulitan. Warga Tiongkok pun menabung secara ekstrem untuk mengatasi ketakutan mereka menghadapi masa depan. Kebiasaan tersebut pun turun kepada generasi-generasi selanjutnya, hingga saat ini. Dilansir dari fin24, menurut sebuah riset yang dilakukan International Monetary Fund (IMF), masyarakat Cina dengan penghasilan rendah bahkan memiliki tabungan yang lebih tinggi dibandingkan masyarakat dengan penghasilan lebih tinggi di negara lain. Apakah mungkin menabung hingga 50 persen penghasilan setiap bulannya? Hal ini sangat mungkin diwujudkan asal kamu tidak memilki utang atau tanggungan. Tapi, jika menabung setengah penghasilan terlalu memberatkan buatmu, setidaknya, menabunglah 20-30 persen dari penghasilan setiap bulan. Kedua, Menjalani hidup sederhana Dengan porsi tabungan yang besar, sisa penghasilan harus dicukupkan untuk kebutuhan sehari-hari. Mau tidak mau, kehidupan sederhana harus dijalani. Di sisi lain, bagi orang Tionghoa, hidup sederhana dan berhemat bukan sekadar pangkal kaya, melainkan salah satu nilai yang memang wajib diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pemeluk Konghucu di Tiongkok meyakini bahwa hidup sederhana merupakan salah satu perwujudan nilai kebajikan yang harus diteladani. Dalam ajaran tersebut, seseorang yang hidup sederhana tidak akan mudah tergoda untuk melakukan penyelewengan, sehingga tetap menjadi pribadi yang memiliki integritas. Penerapan nilai kesederhanaan pada orang Tionghoa terwujud mulai dari penampilan hingga tempat tinggal. Misalnya, tak sedikit keturunan Tionghoa di Indonesia yang memilih tinggal di ruko demi bisa menjalani bisnis sekaligus menabung untuk keperluan lain, termasuk membeli rumah. Ketiga, Membuat anggaran keuangan dengan cermat Orang Tionghoa dikenal penuh perhitungan. Bukan berarti pelit, tapi orang Tionghoa sangat menghargai uang atau penghasilan yang mereka dapatkan dari hasil kerja keras. Ini pun tercermin dalam cara mengelola keuangan. Dalam mengatur keuangan, mereka akan sangat hati-hati memperhitungkan anggaran pengeluaran. Jika dirasa tidak terlalu perlu, lebih baik dialokasikan untuk kebutuhan lainnya. Tak heran jika etnis Tionghoa lebih suka memberikan hadiah berupa uang tunai dibandingkan barang. Sebab, uang tunai dianggap lebih bermanfaat dan bisa digunakan sesuai kebutuhan penerimanya, dibanding barang yang belum tentu diperlukan. Punya anggaran dan manajemen keuangan memang penting kalau ingin kondisi finansial sehat. Anggaran ini dapat menjadi pedoman saat ingin membelanjakan uang. Kamu pun jadi bisa terhindar terjeratan utang, apalagi jika pengeluaran yang membutuhkan dana besar telah direncanakan jauh-jauh hari. Keempat, Menghindari membeli barang dengan berutang Di Cina, kartu kredit kalah populer dibanding sistem pembayaran digital, seperti Alipay dan WeChat Pay. Selain punya kebiasaan menabung, mayoritas orang Tionghoa memang menghindari pembelian barang secara berutang. Prinsipnya, jika dirasa belum mampu, yah menabung dulu. Banyaknya fasilitas pinjaman memang tampak bagai solusi instan. Apalagi kalau ada kebutuhan mendesak. Tapi, jika dihitung-hitung, biaya yang timbul dari berutang tidaklah sedikit. Mulai dari bunga, biaya administrasi, hingga biaya lain yang sebetulnya tak perlu dikeluarkan jika kita punya rencana dan manajemen keuangan yang baik. Kelima, Tahu cara menumbuhkan uang Orang Tionghoa giat mencari keuntungan melalui bisnis atau berdagang dan berinvestasi. Perhatikan saja toko di lingkungan sekitarmu. Kamu pasti akan menemukan satu atau dua usaha milik orang Tionghoa. Selama menghasilkan cuan, mereka tidak akan gengsi ataupun malas menjalani pekerjaan apa pun. Sejak kecil, orang Tionghoa biasanya sudah diajarkan berbisnis dan ditanamkan jiwa pengusaha. Termasuk, bagaimana cara mengatur keuangan secara lebih bijak. Dengan begitu, mereka memiliki pemahaman yang lengkap mengenai cara memperoleh uang, serta kemampuan mengelola keuangan. Salah satu strategi bisnis orang Cina adalah memilih perputaran uang yang cepat dibanding keuntungan yang besar. Artinya, dibanding mencari untung dengan menjual harga barang lebih tinggi, lebih baik pasang harga kompetitif tapi mampu mendongkrak penjualan. Maka, tak heran, jika orang Tionghoa berani menyuruhmu ‘cek harga di toko sebelah’ karena mereka yakin harga yang ditawarkan adalah harga terbaik. Keenam, Pintar bernegosiasi Orang Tionghoa tak akan segan untuk bernegosiasi alias melakukan tawar menawar demi mendapatkan harga terbaik. Apalagi kalau berkaitan dengan bisnis. Harga terbaik tentunya akan memberikan keuntungan yang besar tanpa mematok harga jual terlalu tinggi. Saat belanja atau bertransaksi, tawar-menawar pun kerap dilakukan. Asal dilakukan dengan sopan, kamu pun tak perlu gengsi menawar harga barang. Dengan begitu, kamu tak akan menjadi korban tipu penjual “jahil” yang mengatrol harga seenaknya, serta bisa membuat pengeluaran jadi lebih hemat. Ingin merdeka finansial tapi tak tahu cara mengatur keuangan yang tepat bagai bepergian dengan peta yang salah. Hasilnya, tidak akan sampai ke tujuan. Sebab, penghasilan tinggi sekalipun tak akan ada artinya jika manajemen keuangan masih berantakan. Menantang bukan? Ayoooo… praktekkan enam tips keuangan ala orang Tionghoa agar kondisi finansial semakin sehat. Berakit-rakit dahulu, berenang-renang kemudian, jalani hidup sederhana dan getol menabung dulu, biar bisa beli rumah kemudian. Bagaimana, apakah Anda akan menirunya? (is)