Home / Pendidikan / Tingkatkan Kemampuan Guru PAUD, Sekolah Cikal Madani Lakukan Refreshment

Tingkatkan Kemampuan Guru PAUD, Sekolah Cikal Madani Lakukan Refreshment

Bidik.co — Guru menjadi tulang punggung bagi pendidikan. Begitu juga dengan guru Pendidika Anak Usia Dini (PAU), proses memperbarui atau meningkatkan pengetahuan, keterampilan, atau wawasan mutlak untuk dilakukan. Hal itu juga dilakukan oleh Sekolah Cikal Madani terhadap guru PAUD nya.

Pada Sabtu 4 Januari 2025, dilakukan kegiatan refreshment guru PAUD Cikal Madani dengan materi; konseling guru, mengajar dengan hati, dan ice breaking.

Dalam materinya mengenai konseling guru, Direktur Farida Aini Consulting, Farida Aini lebih banyak melakukan brain storming atau mendengarkan curahan hati dan curahan pendapat dari guru.

“Dari refleksi para guru yang selama 3 tahun menjadi guru PAUD merasa lebih sabar, berani dan percaya diri. Menjadi guru adalah sebuah panggilan atau istilahnya ‘calling’ dalam teori karir. Guru bukan sekadar pekerjaan tapi merupakan karir yang di dalamnya terdapat unsur adanya pengembangan diri. Tidak sekadar mengenai imbalan materi,” jelas Farida.

Menurut psikolog lulusan Universitas Indonesia (UI) ini, memahami permasalahan psikologi dan keberagaman anak merupakan hal yang cukup penting, karena komponen dari manusia terdiri dari aspek kognitif, afeksi, dan psikomotorik yang tentu saja pada masing-masing manusia berbeda.

“Tentu saja memahami psikologis dan keberagaman anak itu penting. Manusia terdiri dari aspek kognitif, afeksi, dan psikomotor yang kesemuanya menjadikan setiap anak adalah individu yang unik dan berbeda. Tugas guru ‘memanfaatkan’ keberagaman untuk mendukung proses belajar,” tandas Farida.

Sementara itu dalam materi tentang mengajar dengan hati yang disampaikan oleh Mativator Nasional dari Indonesia Heritage Foundation (IHF) Muhammad Halim disebutkan pentingnya pendidikan anak usia dini, karena mampu memberikan landasan yang kuat untuk perkembangan anak.

“Pendidikan usia dini adalah fase paling penting dalam tahapan pendidikan anak.  Fase ini menandakan proses pembentukan yang akan sulit terulang di usia selanjutnya, maka penting bagi guru untuk bersungguh-sungguh dan menyiapkan dengan baik proses belajar di pendidikan anak usia dini,” urai Muhammad Halim.

Selanjutnya, Halim juga menjelaskan pentingnya bagi guru untuk mengetahui tahapan belajar anak atau perkembangan peserta didik, karena hal ini dapat membantu proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan yang diinginkan.

“Karena itu, guru harus mengetahui tahapan belajar anak, sehingga mereka tau apa prioritas perkembangan yang perlu dikejar oleh guru,” papar Halim.

Sementara itu ada persoalan krusial yang oleh Halim harus menjadi perhatian serius bagi seorang guru, yaitu adanya penggunaan gadget oleh siswa yang tidak terkendali, hal tersebut akan dapat membawa dampak negatif, terutama pada konsentrasi belajar.

“Tantangan ke depan dengan perkembangan gadget yang semakin mudah dijangkau, guru juga akan berhadapan dengan siswa yang rentang fokusnya semakin pendek, di sana guru perlu semakin kreatif untuk melakukan improvisasi dalam mengajar,” tandas Halim mengingatkan para guru untuk lebih jeli terhadap penggunaan gadget oleh siswa.

Materi terakhir berupa ice breaking untuk pendidikan anak usia dini disampaikan oleh maotivator dari lembaga pelatihan Sang Surya, Sani Arofah. Menurut Sani, materi ice breaking merupakan kegiatan atau permainan ringan yang bertujuan untuk mencairkan suasana, membangun interaksi, dan mempersiapkan peserta untuk menerima materi pelajaran.

Dalam materi ice breaking, Sani mengajak para guru untuk melakukan identifikasi gaya belajar peserta didik dengan ciri-ciri visual, auditori, dan kinestetik. Cara mengidentifikasi gaya belajar menurut Sani dengan mempertimbangkan metode belajar yang paling efektif dan cara terbaik untuk berkonsentrasi.

“Yang pertama gaya belajar visual, yang lebih mudah mengingat dari yang dilihat, lebih suka membaca daripada dibacakan, dan suka menggambar. Kedua, auditif, yang lebih baik dalam memahami informasi ketika didengar, dan suka membaca dengan keras. Ketiga, kinestetik, yang lebih mudah menyerap informasi dengan bergerak, berbuat, dan menyentuh sesuatu,” urai Sani.

Ice breaking yangn disampaikan Sani, juga melakukan mapping ruang kelas. Menurutnya, mapping ruang kelas merupakan proses merancang atau mengatur tata letak ruang kelas secara strategis untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Tujuan dari mapping ini adalah untuk mendukung interaksi, kenyamanan, dan efektivitas proses pembelajaran.

Mapping ruang kelas adalah proses merancang atau mengatur tata letak ruang kelas secara strategis untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Tujuan dari mapping ini adalah untuk mendukung interaksi, kenyamanan, dan efektivitas proses pembelajaran.

“Tentu saja, tujuannya, pertama, meningkatkan efisiensi proses pembelajaran. Tata ruang yang baik mempermudah guru dan siswa dalam beraktivitas, termasuk bergerak, berinteraksi, dan mengakses bahan ajar. Kedua, menciptakan lingkungan belajar yang nyaman. Dengan pengaturan ruang kelas yang rapi dan terorganisir membantu siswa merasa nyaman dan fokus dalam belajar”.

“Ketiga, mendukung interaksi sosial dan kolaborasi. Dengan mapping yang tepat, siswa dapat lebih mudah bekerja sama dalam kelompok, berkomunikasi dengan teman, dan terlibat dalam aktivitas pembelajaran interaktif. Dan terakhir, mengakomodasi kebutuhan beragam. Dengan mapping ruang kelas memungkinkan guru mengatur tempat duduk dan area belajar sesuai kebutuhan, seperti untuk siswa berkebutuhan khusus atau kelompok dengan gaya belajar berbeda”.

Menurut Sani, dalam kegiatan ice breaking, eksplorasi terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan sangat penting untuk menciptakan suasana yang menyenangkan, rileks, dan mendukung keterlibatan peserta.

“Apa yang dilihat berupa gerakan dinamis, seperti guru yang mencontohkan gerakan lucu atau kreatif untuk ditiru. Visualisasi kreatif seperti diagram, papan tulis, atau video yang mendukung permainan. Ekspresi wajah, ekspresi wajah antusias dari fasilitator dan peserta lain yang membuat suasana lebih hidup. Lingkungan ceria, seperti ruang yang diatur dengan dekorasi atau warna yang menciptakan nuansa energik dan menyenangkan,” jelas Sani.

Sedangkan yang didengar, seperti musik atau lagu, instruksi yang jelas, tawa dan sorak sorai, interaksi dan dialog, dan efek suara tambahan. “Untuk apa yang dirasakan, meliputi kesenangan, kebersamaan, keringanan beban, semangat dan antusiasme, dan rasa percaya diri,” pungkas Sani.

Acara refreshment terhadap guru PAUD Sekolah Cikal Madani ini juga dihadiri oleh pengurus Yayasan Cikal Madani, Ketua Dewan Pembina, Husna, Ketua Penasehat, Abdi Rahmat, Ketua Yayasan Cikal Madani Defayanti, serta pengurus lainnya. (is/fa/mh/sa)

Komentar

Komentar

Check Also

Sekolah Cikal Madani Akan Kembangkan Soft Skill Pada Anak Usia Dini

Bidik.co — Pendidikan di era abad ke-21, perlu merujuk pada pemahaman think globally act locally …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.