bidik.co – Sinyal Ketum Golkar incumbent Aburizal Bakrie kembali mencalonkan diri sebagai ketum makin kuat. Ketua DPP Partai Golkar Azis Syamsuddin memberi sinyal kuat Ical akan kembali maju.
“Insya Allah maju,” kata Azis di Gedung DPR, Senayan, Jakpus, Selasa (11/11/2014).
Azis enggan membeberkan secara jelas peta dukungan kepada para caketum. Ia menegaskan bahwa tidak ada aturan yang melarang Ical maju lagi.
“Untuk secara AD/ART tidak mengatur bahwa seseorang itu punya hak atau tidak untuk maju,” ucap Ketua Komisi III DPR ini.
Sempat pula beredar kabar bahwa Ical akan mempercepat Munas yang awalnya dijadwalkan pada 2015 ke momen Rapimnas pada November 2014 ini. Azis menyebut hal itu tidak mungkin karena Rapimnas hanya akan dihadiri oleh DPD I, sementara Munas mesti dihadiri DPD I dan II.
“Munas Golkar akan diputuskan dalam Rapimnas, dan sekarang sedang dilakukan rapat pleno,” ungkapnya.
Ical sebelumnya disebut sudah mendapat dukungan dari 400 DPD I dan DPD II Partai Golkar. Niat Ical maju kembali itu dianggap menghambat regenerasi partai beringin.
Hal senada juga disampaikan Sekjen Golkar Idrus Marham bahwa dukungan agar Ical maju lagi sebagai caketum cukup kuat.
“Ada beberapa (dukungan untuk Ical) ke saya melalui fax dan lain-lain,” kata Idrus Marham di gedung DPR, Jakarta, Senin (10/11/2014).
Idrus tak mengkonfirmasi langsung kesiapan Ical untuk maju lagi sebagai ketum Golkar. Namun menurutnya sebagai kader yang baik maka Ical punya hak dan tanggung jawab bila dipilih dan diminta maju.
“Sebagai kader harus siap,” ujarnya.
“ARB kader militan, penuh tanggung jawab. Kalau didaulat, maka apabila ARB menolak, maka tidak bertanggung jawab,” tegas Idrus.
Idrus membantah ada penolakan dari ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung agar Ical tak maju. Termasuk membantah Ical dinilai gagal memimpin sehingga tak layak maju.
“Saya kira kesemuanya serahkan kepada pemegang suara. Itu di dalam Munas adalah DPD Provinsi 34, kemudian DPD Kab/Kota lebih dari 400, kemudian organisasi dan sayap partai,” ungkapnya.
“Sampai sekarang ARB menyerahkan pada peserta Munas,” tegas Idrus.
Sementara protes dari beberapa pihak atas keinginan Ical untuk mencalonkan diri kembali sebagai Ketua Umum Partai Golkar periode selanjutnya, dipertanyakan oleh Wakil Bendahara Umum Partai Golkar Ridwan Mukti.
Bahkan menurutnya, mereka yang menolak Ical kembali untuk maju jadi ketua umum partai berlambang pohon beringin tersebut telah menunjukkan sikap yang tidak demokratis.
“Kalau menolak ARB (Ical) maju nyalon ketum lagi, justru artinya tidak demokratis,” kata Ridwan dalam diskusi bertajuk ‘Menyegarkan Partai Golkar’ di DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Jumat (7/11/2014).
Dia berujar, jika tidak ada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) partai yang dilanggar Ical maka jika dia ingin maju kembali, hal tersebut sah-sah saja bahkan tak akan menjadi masalah.
“Kita persilakan (Ical maju), hak orang untuk dipilih dan memilih kan,” ujar Ridwan.
Namun demikian, Bupati Musirawas, Sumatera Selatan itu meyakini jika sebenarnya masih banyak kader muda Golkar yang lebih layak untuk maju sebagai ketua umum. Selain itu, Ridwan juga yakin jika idealnya pemimpin Golkar mendatang masih berusia 50-an tahun.
“Jadi, kita tidak melarang, tapi kita meminta kearifan. Partai Golkar banyak kader mudanya dan mereka siap maju. Pak Akbar Tandjung saat maju usianya 50-an. Pak Aburizal sendiri waktu maju masih 50-an,” tandas Ridwan.
Sementara pengamat politik dari Charta Politika Yunarto Wijaya menilai kepemimpinan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie atau Ical selama hampir 5 tahun telah gagal membawa Golkar menjadi Partai yang besar. Jika Golkar ingin berkembang, dia menyarankan agar Aburizal sebaiknya tidak maju kembali sebagai ketua umum.
“Kalau Ical memang dianggap gagal, dibuang saja. Itu harga mati,” kata Yunarto dalam diskusi bertajuk ‘Menyegarkan Partai Golkar’ di DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Jumat (7/11/2014).
Yunarto menegaskan dirinya memiliki alasan yang kuat mengatakan hal tersebut. Ia mencontohkan, raihan Golkar di Pemilu Legislatif 2014 lalu yang hanya menempati peringkat 2 di bawah PDIP.
Menurut dia, raihan tersebut tak bisa dilepaskan dari Ical yang memaksakan diri menjadi calon presiden meski elektabilitasnya rendah. “Kalau elektabilitas tokoh lebih rendah dari elektabilitas partai, justru partai akan terbebani,” ujar dia.
Namun demikian, Yunarto menyerahkan keputusan kembali kepada Partai Golkar. Menurut dia, kader Partai Golkar-lah yang mengetahui kesuksesan atau kegagalan yang dialami partainya.
“Ketika orang lama mau maju, nilai ketua Anda yang lama, berhasil atau nggak? Sama dengan direksi, kalau gagal ya gagal, dibuang saja,” tandas Yunarto. (*)