bidik.co — Pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang mengatakan bahwa nelayan tidak keberatan dengan kenaikan harga BBM dianggap ngaco.
“Mentri Susi ngaco, justru kenaikan BBM membuat nelayan tradisional yang hidup di daerah pesisir akan makin menderita, saat ini aja, mereka sangat sulit mengakses solar untuk melaut dan harganya sangat mahal, apalagi jika BBM naik, maka mereka akan makin menderita lagi,” ucap Direktur IMI, Dr. Y. Paonganan, Sabtu (8/11/2014).
Ditegaskannya, Menteri Susi sebaiknya jangan mengeluarkan pernyataan yang justru menyakiti hati nelayan kecil. Jangan puna menyamakan nelayan tradisional dengan nelayan kaya seperti dirinya. Menurut Y Paonganan, Menteri Susi juga masuk kedalam kategori nelayan yang kaya, punya pesawat dan industri perikanan.
“Susi harusnya paham dulu kondisi real nelayan miskin di pesisir, pulau-pulau terpencil baru mengeluarkan statemet seperti itu,” ujar Paonganan.
Dan sebagai menteri, lanjut Paonganan, justru itu tugasnya bagaimana membuat nelayan miskin hidupnya berubah, bukan malah makin membuatnya menderita. Tugas anda sebagai mentri ya mencari solusi, bagaimana nelayan bisa makmur, bukan malah membuat mereka semakin terpinggirkan dan semakin miskin.
“Jangan karena mendukung Jokowi, menaikkan harga BBM lalu anda menghianati nelayan miskin yang mengatakan seolah olah mereka bisa menerima kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi, yang benar aja Bu Susi,” pungkas pakar Maritim yang akrab disapa Ongen.
Sebelumnya Menteri Susi mengatakan, meski pemerintah telah mengalokasikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi untuk para nelayan di Indonesia, faktanya BBM bersubsidi tersebut tidak merata dirasakan oleh para nelayan di Indonesia. Para nelayan butuh perjuangan guna mendapatkan BBM subsidi untuk berlayar.
“Ada nelayan yang antre 60 hari ngantre untuk melaut lagi,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti saat acara acara Chief Editors Meeting (CEM) bersama Menteri Kelautan dan Perikanan di Gran Hyatt, Jakarta, Jumat (7/11/2014).
Susi menambahkan, para nelayan yang dia temui, tidak keberatan dengan rencana Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menaikan harga BBM subsidi sebesar Rp 3.000 per liter. “Buat nelayan sekarang yang penting untuk kami ada. Tidak masalah BBM subsidi naik,” tambahnya.
Oleh karena itu, dia heran mendengar kabar yang menyatakan bahwa nelayan sangat keberatan dengan rencana kenaikan harga BBM subsidi. “Pom bensin enggak ada di kampung-kampung itu. Saya sudah bicara dengan nelayan, mereka yang penting solarnya ada. Saya heran ada yang bilang nelayan keberatan BBM naik,” ungkapnya.
Menurut Susi, jika BBM sudah tidak lagi disubsidi di Indonesia, maka pemerintah bisa menggantinya dengan beberapa fasilitas yang benar-benar dapat dinikmati oleh para nelayan. “Lebih baik mereka dapat kapal, alat tangkap. Kapal besar itu menikmati BBM subsidi. Mereka isi tengah laut dapat BBM subsidi,” tutupnya. (*)