bidik.co — Kurs dolar AS menguat terhadap mata uang utama lainnya pada Kamis (Jumat pagi WIB), karena data ekonomi dari negara itu secara keseluruhan positif.
Perkiraan awal penjualan ritel dan jasa makanan AS untuk November naik 0,7 persen menjadi 449,3 miliar dolar AS disesuaikan secara musiman, terutama didukung oleh penjualan kendaraan bermotor dan belanja online (daring), kata Departemen Perdagangan AS pada Kamis, lapor Xinhua.
Perkiraan terbaru berada di atas ekspektasi pasar karena harga minyak yang rendah mendorong belanja konsumen pada musim liburan.
Dalam laporan terpisah, Departemen Perdagangan mengatakan bahwa persediaan bisnis pada Oktober mencapai 1.760,4 miliar dolar AS, naik 0,2 persen dari September.
Selain itu, dalam pekan yang berakhir 6 Desember, angka pendahuluan untuk warga Amerika yang mengajukan klaim awal tunjangan pengangguran mencapai 294.000, turun 3.000 dari tingkat yang direvisi pekan sebelumnya sebesar 297.000, bertahan di bawah tingkat 300.000 untuk minggu ke-13 berturut-turut, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis.
Secara terpisah, departemen mengatakan harga impor AS turun 1,5 persen pada November, sementara harga ekspor turun 1,0 persen, didorong oleh penurunan harga minyak.
Indeks dolar, yang melacak greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,49 persen menjadi 88,705 pada akhir perdagangan.
Pada akhir perdagangan di New York, euro turun menjadi 1,2383 dolar dari 1,2444 dolar di sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,5703 dolar dari 1,5708 dolar. Dolar Australia turun menjadi 0,8256 dolar dari 0,8301 dolar.
Dolar AS dibeli 119,09 yen Jepang, lebih tinggi dari 118,08 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik ke 0,9699 franc Swiss dari 0,9670 franc Swiss, dan bergerak naik ke 1,1541 dolar Kanada dari 1,1488 dolar Kanada.
Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih terus melemah. Kini, dolar AS ‘perkasa’ dan menembus level Rp 12.400.
Mengutip data Reuters, Jumat (12/12/2014), dolar AS diperdagangkan di posisi Rp 12.420. Ini adalah posisi tertinggi, dan terendah di Rp 12.365.
Riset Woori Korindo Securities Indonesia menyebutkan, sebenarnya ada sentimen positif untuk menopang rupiah. Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan yuan Tiongkok masuk sebagai cadangan devisa selain dolar AS. Ini menjadi sentimen positif, karena Tiongkok adalah mitra dagang utama Indonesia sehingga pasokan yuan bisa dibilang melimpah.
Namun, sentimen positif ini tertahan oleh penguatan dolar AS. Perekonomian Negeri Paman Sam yang terus membaik memberi amunisi untuk apresiasi dolar AS.
“Laju rupiah berada di bawah target level resisten 12.325/US$. Hari ini, kami perkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp 12.342-12.328/US$,” sebut Reza Priyambada, Kepala Riset Woori Korindo.
Sementara riset First Asia Capital menyebutkan, AS yang saat ini menjadi motor pemulihan ekonomi global terus menunjukkan perbaikan dan berada dalam siklus yang meningkat. Maka dari itu, Bank Indonesia (BI) melihat kemungkinan adanya kenaikan suku bunga di AS pada kuartal II-2015.
“Kenaikan ini akan mendorong penguatan dolar AS terhadap seluruh mata uang dunia, termasuk Indonesia. Inilah yang kemudian membuat rupiah mengalami pelemahan signifikan selama beberapa hari terakhir,” tulis riset First Asia Capital. (*)