Home / Politik / Fadli Zon: Pilkada Langsung Hasilkan Kutu Loncat

Fadli Zon: Pilkada Langsung Hasilkan Kutu Loncat

bidik.com – Politisi yang juga Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menilai bahwa salah satu kekurangan pemilihan kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat, adalah lahirnya politisi-politisi kutu loncat. Karena itu partai hanya dijadikan kendaraan oleh para politisi itu.

“Yang lahir (dari pilkada langsung) itu politisi kutu loncat. Kalau saya baca, kutu loncat itu serangga kecil yang masuknya hama. Ini juga hama bagi demokrasi. Kalau kutu loncat itu ya harus diberantas,” katanya di Jakarta, Sabtu (12/9/2014) siang.

Salah satu contoh yang terbaru, menurut Fadli, adalah kasus pengunduran diri Basuki Tjahja Purnama alias ahok dari Partai Gerindra. Dia mengatakan, Ahok mengundurkan diri dari Gerindra karena tidak memiliki loyalitas dan hanya mengejar kepentingan pribadi semata.

“Kalau seperti itu, partai bukan lagi memperjuangkan ideologi tapi malah jadi sewaan. Jadi kendaraan. Bukan wadah perjuangan untuk mensejahterakan rakyat,” tegas Fadli.

Fadli mengakui pilkada langsung atau pun lewat DPRD sama-sama memiliki kekurangan. Namun kekurangan yang datang dari pilkada langsung, menurut dia lebih besar, mulai dari pemborosan anggaran, politik uang, hingga konflik horizontal. Dia menyarankan partai koalisi Jokowi-JK ikut bersama koalisi merah putih mendukung pilkada melalui DPRD.

“Kalau orang tersesat kembali titik awal dulu, baru kembali ke jalan yang benar,” ujar Fadli.

RUU Pilkada saat ini tengah dibahas Panitia Kerja DPR. Mekanisme pemilihan kepala daerah menjadi salah satu isu yang mendapat sorotan. Sebelum Pilpres 2014, tak ada parpol yang ingin jika kepala daerah dipilih oleh DPRD.

Namun, kini semua parpol Koalisi Merah Putih, yakni Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Amanat Nasional, ditambah Partai Demokrat, malah mendorong agar kepala daerah dipilih oleh DPRD.

Para bupati dan wali kota yang tergabung dalam Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) dan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) menolak tegas pilkada oleh DPRD.

Sementara itu terhadap penilaian bahwa pemilihan kepala daerah oleh DPRD itu tidak demokratis menurut Fadli Zon adalah penilaian yang ngawur.

“Pilkada tidak langsung enggak demokratis, itu ngawur,” kata Fadli.

Fadli menambahkan, pilkada melalui DPRD adalah bentuk demokrasi. Sebab, tambah dia, pemilihan itu berdasarkan musyawarah yang mewakili rakyat bukan kepentingan suatu pihak.

“Kalau musyawarah itu sudah jelas dipilih oleh wakil rakyat bukan partai,” tegas dia.

Meyakinkan pilkada melalui DPRD itu demokrasi, Fadli meminta kepada pihak-pihak yang menolak RUU Pilkada ini untuk membaca kembali poin ke 4 dari Pancasila.

Tak sampai di situ Fadli pun mengungkapkan keyakinannya bahwa pemilihan kepala daerah melalui DPRD bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Hal itu melirik negara-negara yang menggunakan sistem ini bisa berkembang.

“Jerman, India, China kepala daerahnya ditunjuk langsung pemerintah bisa berjalan baik,” tutup Fadli. (ai)

Komentar

Komentar

Check Also

Difriadi: Pilkada Harus Jadi Persemaian Demokrasi di Indonesia

Bidik.co — Bulan November 2024, rakyat Indonesia masih harus memenuhi hak dan kewajiban politiknya untuk …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.