bidik.co — Ferry Mursyidan Baldan mengkritisi selisih suara yang mencolok di Kuala Lumpur, Malaysia antara Jokowi-Jk dan Prabowo-Hatta. Ferry meminta tidak ada kecurangan dalam pemungutan suara, khususnya melalui drop box dan pos.
“Drop box dan pos adalah fasilitas untuk memudahkan. Jangan dijadikan tempat atau modus penggelembungan suara,” ujar Ferry, anggota tim kampanye Joko-Kalla di kantor KPU, Jakarta, Kamis 17 Juli 2014.
Ferry menegaskan, petugas Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) memiliki tanggung jawab yang besar. Menurutnya, mereka mengemban amanah masyarakat luas.
“Drop box, mekanisme pengambilan suara itu di titik mana saja. Ada sesuatu yang dipertanggungjawabkan,” katanya.
Ferry menilai kondisi Kuala Lumpur tidak berbeda dengan di Jakarta. Banyak orang Indonesia yang tinggal di sana. Oleh karena itu, menurutnya, tidak wajar jika pemilih melalui pos dan drop box lebih banyak dibanding dengan di TPS.
“Kalau pekerja ilegal nggak punya paspor diberi hak pilih bagaimana. Seharusnya, ini hanya diberikan orang yang punya identitas resmi,” kata dia.
Berdasarkan data yang dibaca oleh PPLN, pasangan Prabowo-Hatta unggul jauh atas Jokowi-JK dengan 111.794 berbanding 20.891 di Kuala Lumpur, Malaysia. Jumlah pemilih di Kuala Lumpur mencapai 426.717 dengan 136.869 orang yang menggunakan hak pilih.
Dari jumlah pemilih sebesar itu, Prabowo-Hatta mendapat 30.935 suara dari drop box dan 76.760 suara dari pos dan 4.099 dari TPS. Sementara Jokowi-JK, mendapatkan 8.901 suara dari drop box, 7.174 suara dari pos, dan 4.861 dari TPS. (ai)