bidik.co —Negara-negara berkembang dinilai masih menghadapi tantangan dalam 12-24 bulan ke depan. Ekonomi yang dalam tren melambat membutuhkan perbaikan struktural seperti pembangunan infrastruktur dan daya saing.
Demikian dikemukakan lembaga pemeringkat Fitch Ratings dalam siaran tertulisnya yang diterima di Jakarta, Rabu (6/8/2014).
“Menyambut semester II-2014, Fitch mempublikasikan laporan credit outlook yang memberikan pandangan menyeluruh dan mengidentifikasikan faktor makro utama yang akan menentukan tren credit rating dalam 12-24 bulan mendatang,” sebut siaran itu.
Secara global, Fitch menilai ada perbaikan ekonomi dunia. Namun di negara-negara berkembang, momentum positif perubahan peringkat yang dimulai sejak 2010 telah berakhir.
“Sejumlah negara berkembang menghadapi perlambatan pertumbuhan ekonomi. Fitch menilai terdapat elemen struktural (bukan siklikal) dari perlambatan ekonomi di beberapa negara berkembang menandakan kebutuhan akan pembangunan infrastruktur dan perbaikan daya saing,” tutur Fitch.
Selain itu, Fitch juga mengingatkan kondisi pendanaan yang mengetat. “Negara-negara yang mempunyai kebutuhan pendanaan eksternal yang besar atau bergantung pada arus modal portofolio akan lebih tereskspos pada perubahan pasar,” sebutnya.
Sehubungan dengan pemilu di Indonesia, Fitch juga mengeluarkan laporan agenda kebijakan adalah kunci untuk Indonesia. Fitch juga mengomentari Joko Widodo, presiden terpilih periode 2014-2019, yang dianggap belum memiliki rekam jejak yang luas dalam skala nasional.
“Langkah berikutnya yaitu pemilihan anggota kabinet, penyusunan anggaran, dan kebijakan lainnya dalam beberapa bulan ke dapan akan memberikan indikasi penting bagaimana Jokowi akan menjalankan mandat politik,” papar siaran tersebut.
Menanggapi penilaian Fitch Ratings, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), Destry Damayanti, menilai hal ini bisa diimbangi oleh sang wakil presiden terpilih, Jusuf Kalla (JK).
“Saya tidak melihat itu. Kan ada Pak JK, yang pengalamannya sudah cukup kaya,” kata Destry, Rabu (6/8/2014).
JK pernah menjabat sebagai Menko Kesejahteraan Rakyat saat era presiden Megawati Soekarnoputri. Kemudian JK juga sempat mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai wakil presiden periode 2004-2009.
“Jadi Pak Jokowi dan Pak JK ini saling melengkapi. Pak JK punya pengalaman, dan Pak Jokowi dengan speed-nya,” tutur Destry.
Kemudian, meski dinilai belum berpengalaman di skala nasional, Destry menilai Jokowi punya bekal yang cukup untuk menjadi presiden. “Menjadi orang nomor 1 di Solo dan Jakarta itu pengalaman juga lho. Pak Jokowi juga punya background bisnis, sehingga tentunya menyadari arti penting investasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi,” paparnya.
Jika Jokowi belum punya pengalaman di pemerintahan nasional, lanjut Destry, pesaingnya yaitu Prabowo Subianto juga demikian. “Kalau dua-duanya tidak punya pengalaman, kita pilih siapa dong?” ujarnya. (ai)