bidik.co — Bagi orang yang beriman, setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini, selalu terkait dan harus selalu dikaitkan dengan perilaku manusia. Tidak ada kejadian yang berdiri sendiri. Tidak ada peristiwa alam semata-mata.
Demikian pula wabah Covid-19 yang sekarang menjadi Pandemi Global, bukan semata hanya dilihat dari pandangan kesehatan, tetapi ternyata terkait dengan semua bidang kehidupan.
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Thabrani dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda bahwa ada lima perbuatan yang akan mengakibatkan lima malapetaka: pertama, tidaklah suatu bangsa mudah mengingkari janji, kecuali akan dikendalikan oleh musuh-musuh mereka, kedua, tidaklah mereka berhukum dengan sesuatu yang bukan diturunkan Allah, kecuali akan tersebar kefakiran,
Ketiga, tidaklah merajalela di suatu tempat perzinahan, kecuali akan merajalela pula penyakit yang membawa kematian, keempat, tidaklah mereka mempermainkan takaran (timbangan) atau kualitas suatu barang, kecuali akan dihambat tumbuhnya tanaman, dan akan disiksa dengan kemarau panjang, dan kelima, tidaklah mereka mengingkari atau menolak untuk mengeluarkan zakat, kecuali akan dihambat turunnya hujan yang membawa keberkahan.
Namun demikian, pandemi virus corona (COVID-19) bukan sekadar musibah, di dalamnya juga terdapat hikmah yang dapat dipetik oleh umat Islam. Salah satunya hikmah adanya pandemi virus corona adalah anggota keluarga yang biasanya sibuk sendiri-sendiri yang sering melewatkan ibadah bersama, kini dapat sering melakukan ibadah bersama.
Dengan ibadah bersama, rumah yang semula ibarat kuburan, kini telah diterangi dengan kegiatan ibadah atau amalan-amalan saleh lainnya bersama keluarga.
Seperti disinyalir di dalam hadist Nabi, “Jadikanlah rumah kalian sebagai tempat sholat kalian, jangan jadikan ia sebagai kuburan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Rumah kita menjadi semakin bercahaya dan jadi pusat keagamaan. Kita jadikan rumah tangga sebagai pusat kegiatan ibadah Ramadan bersama keluarga.
Ibadah lainnya yang dilakukan saat Ramadhan adalah puasa. Ibadah satu ini dapat memberikan berbagai manfaat dan juga hikmah. Puasa Ramadhan yang kita lakukan adalah benteng untuk melawan COVID-19. Aktivitas puasa akan menyebabkan kesehatan untuk tubuh kita. Shumu tashihhu, puasalah niscaya kamu akan sehat.
Kita jadikan rumah sebagai centrum kegiatan ibadah, ibadah yang berdimensi hablumminallah (hubungan dengan Allah) dan berdimensi hablumminannas (hubungan dengan manusia).
Dengan melaksanakan puasa secara benar dengan menu makanan yangg sehat, maka kesehatan tubuh dan hidup sehat akan melahirkan imunitas tubuh, serta mencegah paparan COVID-19. Sahur secukupnya, di dalam sahur ada barokah, berbuka secukupnya di dalam berbuka ada kesehatan dan juga ibadah.
Selain itu, wabah Covid-19, justru membawa hikmah luar biasa. Dari sisi ekosistem lingkungan dan alam, langit kembali menjadi biru, aliran sungai kembali jernih karena berkurangnya polusi udara dan sampah limbah akibat pabrik-pabrik berhenti beroperasi.
Pantai menjadi bersih dari sampah plastik. Ikan berenang gembira karena tak lagi diganggu kapal pesiar mewah. Burung terdengar bersahutan karena jalan raya tak lagi brisik dengan suara knalpot dan klakson.
Di saat manusia terkapar karena terpapar Corona, perlahan alam semesta menemukan kembali harmoninya. Kita pun bertanya inikah musibah atau anugerah? Inikah bencana atau rencana Allah? Inikah aib kemanusiaan atau inikah sebuah proses alam ghaib untuk memanusiakan kembali kemanusiaan kita? Inikah azab atau inikah cara Allah yang sedang mengajarkan manusia pada semesta? Inikah misteri atau inikah solusi?
Karena itu Q.S. Al-Baqarah: 286 mengingatkan bahwa: “Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
Syekh Ibnu Athaillah menjelaskan, boleh jadi seseorang akan mendapatkan pengalaman batin dalam penderitaan, saat ia tak bisa mendapatkannya dalam puasanya dan shalatnya. Pengalaman batin saat diuji adalah cara Allah untuk menarik manusia lebih dekat lagi kepada-Nya. Bukan hanya dalam keadaan saat beribadah saja, tapi juga saat mengalami kerugian dan musibah.
Bermacam ujian itu hakikatnya adalah hamparan pemberian. Datangnya cobaan tak hanya meniscayakan kesabaran, tapi juga syukur. Karena di balik syukur itu ada karunia yang hendak diberikan Allah.
Tidak akan dikabulkan doa seseorang sampai Allah minta ia mempersiapkan terlebih dahulu hal-hal kecil maupun prasarana dan sarananya. Sehingga ia mampu dan sukses menjalani apa yang dipanjatkan kepada-Nya.
Setidaknya dengan adanya wabah Covid-19 ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik,
Pertama, Covid-19 telah menyadarkan kita semua pada keabsolutan kekuasaan Allah SWT. Semua makhluk berada dalam genggaman-Nya dan tadbir-Nya (pengaturan-Nya). Tidak ada satu pun makhluk atau manusia yang bisa melawan takdir dan ketentuan Nya.
Karena itu, manusia tidak boleh sombong dan takabbur dengan sedikit kekuasaan yang digenggamnya, dengan sedikit ilmu pengetahuan yang dikuasainya, dan dengan sedikit harta yang dimilikinya.
Kedua, Allah SWT telah menurunkan syariat-Nya melalui para Rasul-Nya, untuk ditaati dan diikuti dan diimplementasikan dalam seluruh tatanan kehidupan, agar manusia hidupnya bahagia dan sejahtera dunia dan akhirat (Al-Falah).
Ketiga, pengingkaran manusia, baik secara individu maupun kolektif, apalagi disertai mempermainkan ajaran-Nya, hanyalah akan mengundang kesulitan dan malapetaka dalam kehidupan ini.
Keempat, Covid-19 telah mengajarkan kepada kita pola hidup yang sehat, makanan yang halal dan bersih, jasmani ruhani yang bersih, rumah tempat tinggal yang bersih, tempat ibadah (masjid) yang bersih dan terjaga dengan baik, dll.
Kelima, Covid-19 telah mengajarkan kepada kita tentang pentingnya memperkuat kesadaran untuk mencari ilmu (melalui membaca, research, dll) karena ternyata walaupun sekarang kita berada di era kemajuan science dan teknologi (seperti dunia kesehatan dan kedokteran) ternyata virus corona belum ditemukan obatnya. (Agus Ismanto)