Home / Ekobis / Inflasi Mei Diprediksi 6,9%

Inflasi Mei Diprediksi 6,9%

bidik.co — Tingkat inflasi bulan Mei diprediksi akan berada di kisaran 0,35% secara bulanan dan 6,99% secara tahunan. Naiknya harga beberapa bahan pokok jadi faktor pendorong inflasi.

Tingkat inflasi Mei ini diprediksi tidak berbeda jauh dari bulan sebelumnya. Pemerintah memang tidak menaikkan harga BBM Premium di Mei, tapi harga beberapa bahan pokok beranjak naik.

“Harga produk makanan diprediksi akan naik setelah tiga bulan terakhir turun. Kami prediksi ada inflasi di produk makanan sekitar 0,21% didorong naiknya harga sembako seperti cabai dan bawang,” kata riset NH Korindo Securities, Minggu (21/5/2015).

Harga cabai dan bawang sudah naik 20% di Mei. Kenaikan harga ini diperkirakan akan berlanjut di bulan Ramadan di Juni.

Penyumbang inflasi lainnya adalah kenaikan tarif listrik yang dilakukan PLN dengan rentang antara 3,3% sampai 7,3%. Tingginya tarif listrik industri bisa mendorong naiknya harga jual produk.

Sementara bila dibandingkan dengan inflasi bulan april mencapai 6,79%. Direktur Eksekutif‎ Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara mengatakan, angka inflasi yang baru dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini sesuai perkiraan BI. Inflasi April 2015 secara bulanan tercatat sebesar 0,36% (mtm), atau secara tahunan sebesar 6,79% (yoy).

Dia mengungkapkan, inflasi bulan ini bersumber dari kenaikan kelompok barang dan jasa yang harganya diatur pemerintah (administered prices), sementara tekanan inflasi yang bersumber dari kelompok inti dan bahan makanan bergejolak (volatile food) relatif masih terjaga.

“Dengan perkembangan tersebut, BI menilai pencapaian inflasi tersebut, masih sejalan dengan sasaran inflasi 4,0±1% pada 2015,” kata Tirta di Jakarta, Senin (4/5/2015).

Inflasi administered prices secara bulanan tercatat sebesar 1,88% (mtm), meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,83% (mtm). Peningkatan inflasi administered prices bulanan ini, terutama didorong oleh kenaikan harga bensin premium dan bensin solar di akhir Maret 2015, tarif angkutan dalam kota, serta bahan bakar rumah tangga. Sementara secara tahunan, inflasi administered prices tercatat sebesar 13,26% (yoy).

Sementara itu, kelompok volatile food secara bulanan masih mencatat deflasi sebesar 0,91% (mtm), lebih besar dari deflasi bulan sebelumnya sebesar 0,83% (mtm). Deflasi bulanan tersebut terjadi sejalan dengan masuknya masa panen.

Menurutnya, penyumbang terbesar deflasi adalah beras dan aneka cabai, sebagaimana tercatat di sejumlah daerah seperti di Jawa, Bali, Sumatera dan Sulawesi. Sementara secara tahunan, inflasi volatile food tercatat sebesar 6,25% (yoy).

Perkembangan inflasi inti masih terjaga, yakni secara bulanan mencapai 0,24% (mtm) atau secara tahunan 5,04% (yoy). Perkembangan inflasi inti tersebut bahkan sedikit mengalami perlambatan sejak awal tahun, seiring dengan permintaan domestik yang masih moderat dan ekspektasi inflasi yang terkendali.

Tirta menyebutkan, BI akan terus mencermati berbagai faktor risiko yang memengaruhi inflasi, khususnya terkait perkembangan harga minyak dunia, penyesuaian administered prices dan dampak pelemahan nilai tukar rupiah.

“Dalam rangka menjaga inflasi tetap berada pada sasaran yang ditetapkan, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah,” tandasnya. (*)

Komentar

Komentar

Check Also

HIPMI Dorong Kerjasama Pengusaha Muda se-Jawa Barat.

bidik.co —  Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jabar mendorong kerjasama pengusaha muda pada acara ekspor, …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.