Home / Ekobis / Meski Tak Paham Sektor Migas, Dwi Soetjipto Ditunjuk sebagai Dirut Pertamina

Meski Tak Paham Sektor Migas, Dwi Soetjipto Ditunjuk sebagai Dirut Pertamina

bidik.co — Penunjukkan Direktur Utama Semen Indonesia Dwi Soetjipto menjadi Direktur Utama Pertamina tidak tepat dan terkesan dipaksakan.

“Kami sangat kecewa, karena ketidakpahaman DS (Dwi Soetjipto) tentang seluk beluk migas,” kata Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI) Ferdinand Hutahaean dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (29/11/2014).‎

Ketidapahaman Dwi tentang energi secara makro dikarenakan Dwi tidak punya latar belakang sama sekali di bidang Migas. Sehingga menambah keyakinan bahwa Dwi hanya akan dijadikan sebagai eksekutor dari kebijakan orang di belakangnya.

“Tipikal Dwi bukan tipikal orang yang berani melawan mafia. Inilah yang membuat kami ragu dengan sosok yang satu ini. Tapi kami akan berdiri paling depan mengkritisi kebijakannya,” tegasnya.

Senada dengan hal tersebut, Pengamat dari Institut Ekonomi Politik Soekarno-Hatta (IEPSH) M Hatta Taliwang menilai Pemilihan Dwi Sutjipto sebagai Dirut Pertamina sudah dalam desain meliberalisasi pengelolaan energi nasional.

Hal senada juga disampaikan peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng, bahwa Dwi Soetjipto diragukan kemampuannya membawa perusahaan ke arah yang lebih baik. Sebab, Dwi diduga hanya orang yang berprestasi membuat utang luar negeri semakin besar saat memimpin PT. Semen Indonesia.

“Dwi Soetjipto bersama kroninya adalah orang-orang yang berprestasi membuat utang luar negeri, menumpuk utang luar negeri swasta, dan utang luar negeri BUMN,” beber Salamuddin di Jakarta, Jumat (28/11/2014).

Daeng menduga, hal yang sama akan dilakukan Dwi pada Pertamina. Alhasil, Pertamina akan terperosok dalam perangkap rezim keuangan global.

“Saya melihat penempatan Dwi Soetjipto akan semakin membuat Pertamina terperangkap dalam kubangan utang, imperialisme pasar keuangan bakal marak. Semua perusahaan negara bakal terperangkap dalam rezim keuangan global,” jelasnya.

Dirinya mengingatkan perusahaan Dwi Soetjipto sebelumnya, yaitu Semen Indonesia adalah perusahaan yang rajin mencetak utang. Bahkan, beberapa waktu lalu, karyawan Semen Indonesia melakukan aksi menuntut mundurnya Dwi Soetjipto. Dalam tuntutannya juga, Serikat Pekerja Semen Indonesia menolak efisiensi abal-abal yang dilakukan Dwi.

“Ingat bahwa Semen Indonesia merupakan perusahaan yang rajin cetak utang,” ujarnya.

Padahal utang luar negeri swasta termasuk utang luar negeri BUMN Semen Indonesia dan Pertamina sudah mencekik perusahaan-perusahaan ini. Secara makro akibat bunga utang yang besar telah menyebabkan defisit transaksi berjalan dalam ekonomi Indonesia.

“Bangsa Indonesia harus semakin waspada dengan modus penjualan baru BUMN nasional oleh pemerintahan neoliberal yang bersembunyi dibalik bulusukan yang semakin membusuk,” tandas Daeng.

Sebelumnya Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno dalam konferensi pers bersama Menteri ESDM, Sudirman Said di kantor kementerian BUMN, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (28/11/2014) siang menegaskan, menunjuk Dwi Soetjipto sebagai direktur utama (dirut) PT Pertamina (Persero).

“Dwi Soetjitpto mulai tanggal 28 November 2014 diangkat menjadi Direktur Utama Pertamina periode 2014-2019,” kata Menteri BUMN Rini Soemarno.

Selain melantik Dwi, lanjut Rini, pemerintah juga menetapkan tiga direksi Pertamina pada hari ini.

“Tapi belum ditentukan posisinya dimana,” beber Rini.

Tiga direksi baru Pertamina tersebut adalah PV Gas & Power Pertamina Yenni Andayani, Direktur Pertamina PT Trans Continental Ahmad Bambang, dan Arif Budiman dari Mackenzie Stuart Oil & Gas.

Dari informasi yang berhasil dihimpun, Dwi bukan orang baru di Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pria kelahiran 10 November 1955 ini sudah lama berkiprah di BUMN, khususnya di sektor semen.

Posisi terakhir Dwi adalah Direktur Utama PT Semen Indonesia Tbk (SMGR). Seleksi Dirut Pertamina dilakukan dengan melibatkan dua lembaga, yaitu PT Daya Dimensi Indonesia, dan PPM Assesmen. Ada 16 calon awal yang masuk seleksi. (*)

Komentar

Komentar

Check Also

Difriadi: Pilkada Harus Jadi Persemaian Demokrasi di Indonesia

Bidik.co — Bulan November 2024, rakyat Indonesia masih harus memenuhi hak dan kewajiban politiknya untuk …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.