bidik.co — Setiap bulan Rajab, umat Islam memperingati peristiwa Isra’ Mi’raj. Al-Isra yang berarti perjalanan malam hari yang diikuti dengan Al-Miraj yang berarti kenaikan surgawi adalah salah satu mukjizat Nabi Muhammad saw. Menurut pendapat yang paling diterima, peristiwa itu terjadi pada 27 Rajab tahun ke-10 kenabian Muhammad.
Dalam banyak hadits dijelaskan bahwa Rasulullah melakukan perjalanan dari Masjidil Haram, Makkah menuju Masjidil Aqso, Yerusalem dengan makhluk al-Buraq. Sampai di Masjidil Aqso, malaikat Jibril membawanya menuju surga. Di sana, Rasulullah bertemu nabi lain, yaitu; Adam, Yahya, Isa, Idris, Harun, Musa, dan Ibrahim. Setelah bertemu dengan para nabi terdahulu, Rasulullah menuju Sidratul Muntaha.
“Pesan yang diberikan saat menghadap Allah, Rasulullah diperintahkan shalat sebanyak 50 kali sehari. Atas negoisasi yang dilakukan oleh Nabi, akhirnya perintah shalat wajib, turun menjadi lima kali sehari. Setelah itu, Rasulullah kembali ke Makkah pada malam yang sama,” tutur H. Muhammad Nur dalam Sosialisasi Empat Pilar di Kota Banjarmasin, Selasa (16/3/2021).
Salah satu pelajaran utama dari peristiwa Isra Miraj adalah ruang dan waktu yang terikat oleh hukum alam bagi manusia, tidak terikat untuk Allah. Pada malam itu, Nabi Muhammad menjembatani ruang dan waktu lalu bepergian ke surga atas kehendak Allah.
Dalam kontek saat ini, Muhammad Nur menyampaikan, peringatan Isra Mi’raj perlu dijadikan sebagai salah satu bagian dari pengembangan karakter bangsa dan menjadi momentum bagi Bangsa Indonesia menuju hal yang lebih baik, terutama di masa pandemi ini yang kita belum tahu kapan berakhir.
“Perjalanan Nabi Muhammad SAW itu diawali dengan pembersihan diri kemudian beliau dibekali dengan iman, ilmu dan akhlaq untuk menjadi pemimpin rahmatan lil’alamin. Maka peringatan Isra’ Mi’raj perlu dijadikan bagian dari pengembangan karakter bangsa untuk menuju hal yang lebih baik, terutama di masa pandemi ini yang kita belum tahu kapan berakhir,” tutur Anggota Komisi IX DPR RI yang membidangi kesehatan dan ketenagakerjaan ini.
Selanjutnya, politisi dari Partai GERINDRA ini mengingatkan bahwa hikmah yang dapat diambil dari peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut adalah pengembangan karakter bangsa harus mencakup tiga hal tersebut yaitu; iman, ilmu dan akhlaq.
“Dengan tiga kekuatan tersebut seseorang memiliki jiwa, hati dan akal yang baik, sehingga tahu bagaimana bersikap dan bertanggung jawab sebagai individu, masyarakat maupun sebagai pemimpin. Pada masa pandemi dan berbagai bencana alam yang terjadi saat ini, iman , ilmu dan akhlaq sangat diperlukan, “ harapnya. (*)