bidik.co — Saksi dari Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang mengundang perhatian dalam sidang perselisihan hasil pemilihan umum beberapa waktu lalu, Novela Nawipa, memberikan klarifikasi seputar kedatangannya ke Komnas HAM sore kemarin, Minggu (17/8/2014). Ia menyebut tidak datang ke Komnas HAM untuk melapor, tetapi untuk bersilaturahim dengan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai yang sama-sama berasal dari satu daerah dengannya.
“Ditelepon oleh Bang Natalius Pigai karena sudah lama tidak berjumpa, bersua, bersilaturahim sebagai adik kakak yang satu kampung. Eh tahu-tahunya saya sampai di sana kawan media sudah ada, malah digiring masuk ke sana, seolah saya ini dijebak,” kata Novela saat ditemui dalam sebuah diskusi publik yang diadakan oleh Asosiasi Dosen Indonesia di Hotel Le Meridien, Jakarta, Senin (18/8/2014).
Pada pertemuan tertutup yang dilakukan di lantai tiga Kantor Komnas HAM tersebut, Novela mengakui, dirinya diminta oleh Pigai untuk mengakui bahwa saat ini berada dalam tekanan. Saat itu, Novela menjawab bahwa sebelum memberikan kesaksian di MK, ia tak dalam tekanan. Namun, setelah memberikan kesaksian, barulah ia mendapat tekanan, teror, dan ancaman rumahnya akan diteror.
“Informasi terakhir di Paniai, rumah saya, rencana mau dibakar. Keluarga lagi waswas,” ucap Novela.
Kemarin, seusai bertemu dengan Novela di Komnas HAM, Pigai mengatakan, hingga saat ini Novela tidak pernah mengalami tekanan ataupun intimidasi seperti yang diberitakan di media massa. Kondisi rumahnya baik-baik saja, tidak seperti yang disebutkan oleh Wakil Ketua Umum Gerindra Hashim Djojohadikusumo yang menyebutkan rumah Novela dihancurkan.
“Ini hanya dimanfaatkan dalam situasi politik, makanya nama Novela digiring terus,” ucap Pigai.
Sementara itu Direktur Politik Tim Prabowo-Hatta, Ali Mochtar Ngabalin menyayangkan undangan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai kepada Novela Nawipa. Terlebih, saat bertemu dengan Natalius, Novela mengaku digiring agar menyangkal adanya intimidasi.
“Kita tahu ini politik. Ketika adik Novela datang ke Komnas HAM dan dijebak, dikapitalisasi pihak lain, kita sudah ngertilah. Stop politik tipu-tipu,” ungkap Ali Mochtar di Jakarta, Senin (18/8/2014).
Ia menegaskan, pihaknya sudah menyiapkan kuasa hukum untuk melindungi Novela dari politisasi pihak-pihak lain. Sebab Novela tak hanya saksi yang mewakili Prabowo-Hatta, tapi jutaan penduduk Indonesia.
“Dia diminta 60 juta warga Indonesia sebagai perwakilan dari mereka yang dukung Prabowo,” tandas politisi Partai Golkar itu.
Hal itu juga dipertegas oleh Novela saat menghadiri acara malam renungan Kemerdekaan Indonesia di markas kemenangan Prabowo-Hatta, Rumah Polonia, Novela mengaku mendapat intimidasi.
Novela mengaku, setelah memberikan kesaksian di MK intimidasi langsung terjadi. “Setelah beri kesaksian di MK, saya diteror via telepon dan SMS. Itu benar-benar ada,” ungkap Novela di Rumah Polonia, Minggu (17/8/2014) malam. (ai)