bidik.co – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama Said Aqil Siradj mengusulkan kepada pemerintah agar setiap 22 Oktober diperingati sebagai hari santri. Tanggal tersebut merupakan tanggal tonggak sejarah perjuangan ulama dan santri dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
“Sebagai puncak perlawanan terhadap kolonialisme, diserukan revolusi jihad oleh KH Hasyim Ashari pada 22 Oktober 1945. Kami ingin agar pemerintah menetapkan hari santri nasional 22 Oktober,” kata Said saat pembukaan Munas Alim Ulama NU dan Istigotsah Menyambut Ramadhan 1436 H di Masjid Istiqlal, Jakarta, Minggu (14/6/2015).
Said menuturkan, NU turut berjuang untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Salah satunya peperangan yang dilakukan para ulama dan santri yang memicu perjuangan rakyat Surabaya pada 10 November 1945. Pemerintah telah menetapkan perjuangan rakyat Surabaya itu sebagai Hari Pahlawan.
Pada saat yang sama, Presiden Joko Widodo menginstruksikan kepada Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin agar segera menuntaskan polemik tentang Hgri Santri Nasional.
Dalam pidatonya, Presiden Jokowi menanyakan mengapa sampai saat ini Hari Santri Indonesia belum juga ditetapkan. Penyebabnya, ujar Jokowi, karena usulan harinya macam-macam, belum final.
“Pak, tanggal 1 Muharam saja (Hari Santrinya), saya masukkan ke dalam buku. Datang lagi dari pesantren mengusulkan tanggal yang lain. Pak Kyai (KH Said Aqil Siroj) tadi bilang 22 Oktober, kalau Pak Kyai biasanya manjur,” ujar Jokowi.
Karena itulah Presiden Jokow akan meminta Menag segera memproses hal ini.
“Insya Allah nanti nanti saya diskusi langsung Menteri Agama agar Hari Santri prosesnya bisa diselesaikan. Diproses lewat musyawarah. Kalau semua setuju sampaikan ke meja saya biar tinggal tanda tangan,” tandasnya.*****