bidik.co — Kementerian Perdagangan menargetkan kenaikan ekspor 300% hingga 2019. Target tersebut membuat Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Budapest di Hongaria, bekerja sama dengan Kedutaan Besar RI di Slovakia makin intensif melakukan promosi produk-produk Indonesia, salah satunya ekspor teh.
“Kami optimis bisa mendongkrak ekspor ke Slovakia, terutama untuk produk kopi, teh, dan kakao,” ungkap Kepala ITPC Budapest Hikmat Rijadi dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (26/4/2015).
Tak heran dengan semakin banyak minat masyarakat Slovakia kepada teh asal Indonesia, Hikmat membawa tiga perusahaan besar yang bergerak di bidang produk teh, kopi, dan kakao, yakni PT Pagilaran Indonesia, PT AIM Food Indonesia, dan PT Sosro Indonesia.
“Perusahaan ternama di Indonesia kami ajak berpartisipasi pada pameran The 18th International Tea and Bonsai yang digelar pada 16-19 April 2015 di Nitra Slovakia, dan menghasilkan potensi transaksi sebesar US$ 20.000,” katanya.
Pameran ini diharapkan akan meningkatkan transaksi ekspor teh, kopi, dan kakao ke negeri Slovakia pada 2015 sebesar US$ 150 ribu atau naik sebesar 30%, dari capaian sebelumnya pada 2014 sebesar US$ 116,2 ribu.
“Kami optimistis karena nilai ekspor kita untuk produk teh, kopi, dan kakao ke Slovakia pada 2013 hanya sebesar US$ 34.948, dan meningkat tajam sebesar 252,07% pada 2014 sebesar USD 116,2 ribu,” tambahnya.
The International Tea and Bonsai Expo merupakan kegiatan pameran tahunan nonstop international cultural and art show yang secara rutin diselenggarakan sejak 18 tahun lalu di Agro Komplex Nitra. Kompleks ini merupakan areal pameran terbesar di Slovakia.
Pameran ini diikuti 11 negara diantaranya Indonesia, Vietnam, Thailand, Jepang, Puerto Rico, Italia, Polandia, Austria, Hongaria, Republik Ceko, dan Slovakia.
Para pengunjung Paviliun Indonesia antusias mencicipi produk teh melati dan teh hitam. Sekitar 1.000 gelas ludes diserbu pengunjung.
“Kami gembira, produk teh Indonesia sangat diminati masyarakat Slovakia yang dikenal sebagai salah satu penikmat teh dan kopi,” tuturnya.
Beberapa pengunjung bahkan beberapa kali mengunjungi Paviliun Indonesia, untuk menikmati produk teh dan bertanya bagaimana cara mendapatkan produk teh dan kopi Indonesia di Slovakia. Untuk menarik pengunjung, KBRI Slovakia menampilkan tarian Poco-poco. Sejumlah pengusaha lokal diperkirakan akan terus melakukan transaksi pembelian produk teh dan kopi.
“Teh dan kopi merupakan salah satu produk unggulan Indonesia di wilayah Eropa Tengah dan Timur dan diharapkan nilai ekspornya terus akan tumbuh pada tahun-tahun mendatang,” tandasnya.
Sementara itu negara-negara penghasil teh terbesar di dunia banyak didominasi oleh negara-negara Asia, China menjadi Negara nomor satu sebagai Negara penghasil teh terbesar di dunia.
Berdasarkan informasi dari”Tea Boar-India”, Produksi teh dunia selama tahun 2010 mencapai 4.066,60 juta kg, tahun sebelumnya sebesar 3.931,98 juta kg, terlihat menurun sebesar 134,62 juta kg. Produksi teh didominasi oleh China dan diikuti oleh India sebagai negara urutan kedua.
Ada lima negara utama penghasil teh Dunia setelah China dan India, selanjutnya diikuti oleh Kenya, Sri Lanka, dan Vietnam. Indonesia sendiri pada urutan ke-7 setelah Turki yang berada di posisi keenam dengan share (3,18%) pada tahun 2010. Padahal Indonesia sebelumnya betada di peringkat lima. Penyebab menurunnya produksi teh ini dikarenakan banyak perkebunan teh yang diganti dengan tanaman jenis lain seperti sayur-sayuran dan karet.
Dalam sepuluh tahun terakhir, kebun teh rakyat yang dibabat sekitar 30.000 hektare dan digantikan tanaman lain. Saat ini lahan kebun teh di Indonesia secara keseluruhan tinggal 120.000 hektare, tersebar di Pulau Jawa dan Sumatra, dengan produksi sekitar 130 ton/tahun.
Baru-baru ini Dewan Teh Indonesia telah mendapatkan bantuan dana dari WHO sebesar US$ 1,2 juta. Dana itu untuk mengembangkan tanaman teh rakyat seluas 800 hektare di daerah Jawa Barat, kita tunggu saja, apakah bantuan itu mampu membangkitkan produksi teh Indonesia? (*)