bidik.co — Politisi Partai Demokrat Gede Pasek Suardika ikut berkomentar mengenai kepengurusan partai berlambang bintang Mercy periode 2015-2020.
Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah mengumumkan kepengurusan tersebut dengan menempatkan Hinca Panjaitan di posisi Sekretaris Jenderal (Sekjen) menggantikan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas).
“Sekjennya bagus. Cocok dengan kebutuhan PD yang sebelumnya banyak surat menyuratnya bermasalah dan berimplikasi masalah hukum,” kata Pasek ketika dikonfirmasi Tribunnews.com, Minggu (31/5/2015).
Selain seorang organisatoris, Pasek menilai, Hinca juga paham hukum. Hanya posisi Wakil Ketua Umum, menurut Pasek, kurang memiliki kekuatan elektoral karena saat Pemilu lalu kurang teruji.
“Tapi saya yakin bisa bersaing di Pemilu nanti. Hanya ya ketum sekarang mengambil pola winning take all dan bukan winning for all seperti tradisi PD selama ini, khususnya saat AU (Anas Urbaningrum) memimpin. Sharing dengan semangat kebersamaan sangat dominan,” kata Senator asal Bali itu.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah membentuk pengurus inti Partai Demokrat. Dalam susunan pengurus baru ini, ada enam wakil ketua umum, antara lain mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo. Putra bungsu SBY, Edhie Baskoro Yudhoyono, tak lagi menjabat sebagai Sekretaris Jenderal. Dalam jumpa pers di Cibubur, Jakarta Timur, Sabtu (30/5/2015) siang.
SBY hanya mengumumkan pengurus inti Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat periode 2015-2020. Enam wakil ketua umum, Syarief Hasan, Roy Suryo, Djoko Udjianto, Nurhayati Ali Assegaf, Cornel Simbolon, dan Mohammad Jafar Hafsah, mendapat tugas dan pekerjaan berbeda-beda. Jhonny Allen Marbun dan Max Sopacua tak lagi menjabat sebagai waketum.
Pergantian juga terjadi di posisi Sekjen DPP Demokrat di mana Edhie Baskoro atau Ibas tak lagi menjabat posisi tersebut. Posisi ini diisi oleh Hinca Pandjaitan.
Sementara pakar komunikasi Politik Lely Arrianie Napitupulu menilai wajar jika orang beranggapan absennya Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) dalam kepengurusan Demokrat karena tidak ingin disebut partai keluarga. Tetapi, kata dia, yang sebenarnya adalah selain agar Ibas bisa lebih fokus di DPR, juga karena Ibas terbilang belum cukup matang untuk menduduki posisi strategis.
“Wajar jika ada yang beranggapan agar tidak disebut partai keluarga. Tapi prinsipnya bukan di sana. Mungkin integritasnya ada, tapi kapasitas belum,” kata dia, Minggu (31/5/2015).
Lely melanjutkan, dengan membiarkan Ibas fokus di Senayan, itu akan menjadi sarana bagi Ibas untuk belajar lebih banyak lagi. Dengan begitu, dia akan lebih siap untuk menjadi petinggi Partai Demokrat di masa yang akan datang.
“Dia masih harus diasah seperti batu akik biar lebih licin. Mungkin dia sudah diasah menjadi berbentuk batu tertentu, tapi mungkin belum licin, belum mulus sehingga belum masuk ke dalam cangkangnya,” tambah dia.
Sebelumnya, Partai Demokrat mengumumkan susunan beberapa kepungurusan yang akan menjalankan roda organisasi di tingkal pusat. Nama-nama tersebut akan menjabat pengurus hingga lima tahun ke depan. (*)