bidik.co – Pemerintah sudah sangat yakin akan menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada bulan ini meskipun berbagai aksi penolakan muncul diberbagai daerah. Bahkan, rencana kenaikan BBM sampai saat ini dinilai sudah sangat baik.
“Saya tidak menyebutkan tanggalnya. Tapi persiapannya cukup bagus, itu kan udah hitung-hitungan,” ujar Menteri Koordinator Perekonomian Sofjan Djalil, di Jakarta, Jumat (7/11/2014).
Saat ditanya mengenai kapan waktu pengumuman kenaikan BBM, Sofjan tidak mau menjawab pasti. Dia malah meminta masyarakat untuk menunggu keputusan itu. “Tunggu aja, akan dilakukan bulan ini, tunggu timing aja kita,” kata dia.
Sebelumnya, aksi menolak kenaikan harga BBM mulai mencuat dibeberapa daerah. Makassar misalnya, elemen mahasiswa sudah beberapa hari melakukan demo menolak kenaikan BBM. Tidak hanya mahasiswa, Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo bahkan siap turun ke jalan apabila mantan Wali Kota Solo yang sekarang menjadi Presiden benar-benar menaikan BBM.
Penolakan tidak hanya datang dari luar Jakarta, Politisi PDIP Rieke Diah Pitaloka yang notabene partai pengusung pemerintahan Jokowi-JK juga menolak kenaikan harga BBM. Bahkan Rieke menyebut rencana itu dengan perumpamaan lagu lama kaset baru.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memastikan tingkat harga barang dan jasa di masyarakat tetap terkendali apabila pemerintah menaikkan harga BBM sebagai konsekuensi pengurangan subsidi. Otoritas moneter tersebut bakal menjalin komunikasi intens dengan tim pengendali inflasi daerah (TPID) untuk mencegah terjadi second round effect kenaikan BBM.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, setiap kenaikan BBM sekitar Rp 1.000 per liter, maka akan menyumbang inflasi kurang lebih sekitar 1,1-1,5 persen. Lantaran itu, menurut Perry, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan pemerintah dengan memberikan angka-angka pertimbangan inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan efeknya terhadap defisit transaksi berjalan.
“Apabila koordinasi baik, kami siap pastikan dampak (kenaikan BBM) terhadap inflasi tetap terkendali dan hanya temporer,” ujarnya di Gedung BI, Jumat (7/11/2014).
Namun demikian, Perry belum terburu-buru menyebut respon kebijakan BI terhadap kenaikan BBM, seperti apakah akan meningkatkan suku bunga acuan untuk mengendalikan inflasi.
“Tergantung kenaikan harga dan dampaknya ke inflasi. Karena kebijakan moneter itu diarahkan ke stabilitas. Jadi apapun dan berapapun kenaikannya, dampaknya akan terkendali,” terangnya.
Sebelumnya, merujuk catatan BI, keyakinan konsumen terhadap perekonomian di Indonesia tetap optimistis kendati BBM naik. Hal ini terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Oktber 2014 yang menunjukkan angka 120,6, atau sedikit lebih tinggi dari bulan sebelumnya (month to month/mtm) yang sebesar 119,8.
“Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, peningkatan keyakinan konsumen tersebut didorong oleh optimisme konsumen khususnya pada enam bulan mendatang. “Ekspektasi yang optimis tersebut khususnya pada kegiatan usaha dan ketersediaan lapangan kerja. Selain itu masyarakat optimistis Pemerintah meningkatkan proyek pembangunan infrastrukturnya. Sehingga akan mendapat kemudahan pembiayaan dari perbankan,” ungkapnya.
“Dia memerinci, penguatan IKK terjadi di 10 kota dengan peningkatan indeks tertinggi di Semarang (15,0 poin), dan Padang (8,6 poin). “Kalau berdasarkan tingkat pengeluarannya, peningkatan IKK tertinggi terjadi pada kelompok responden dengan tingkat pengeluaran Rp 3 juta hingga Rp 4 juta per bulan,” ujarnya. (if)