bidik.co – Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Marsetio akan mendukung sepenuhnya visi misi kemaritiman pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Salah satu cara untuk mewujudkan kedaulatan di bidang maritim ini, kata dia, adalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas alat utama sistem pertahanan (alutsista) dan alat-alat penunjang lainnya.
“Dengan visi pemerintah maritim, harus menjadi negara dengan benar-benar punya kekuatan maritim yang besar. Berarti kita harus punya kekuatan laut yang besar yang bisa melindungi aset-aset kita yang ada, melindungi kedaulatan negara kita,” kata Marsetio di sela-sela pameran produk pertahanan, Indo Defence 2014, di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (5/11/2014).
Sebagai langkah awal, kata dia, sudah dilakukan pengadaan 11 Helikopter rotorcraft Airbus AS565 MBe Panther. Selain itu dilakukan juga pembelian tiga kapal selam dari Korea Selatan.
“Di sini lah, di Indo Defence ini paling tidak industri dalam negeri kita bisa berinteraksi,” ujarnya setelah berkeliling ke beberapa stan yang ada.
Namun ke depannya, lanjut Marsetio, TNI AL tidak akan terus-terusan bergantung pada produk luar negeri. Pembelian produk-produk alutsista dalam negeri akan lebih diutamakan.
“Kalau kita tidak bisa beli dari dalam negeri maka kita beli dengan transfer teknologi. Contohnya kita beli tiga kapal selam dari Korea, dua dibangun di Korea, satu dibangun di PT PAL,” ujarnya.
Sementara, Wapres Jusuf Kalla pada kesempatan yang sama menekankan alat pertahanan yang canggih dapat memperkuat program poros maritim yang diusung pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Menurutnya, poros maritim tidak akan berkembang baik dengan pertahanan yang kuat. Sebab, kekayaan laut tanpa industri pertahanan canggih tidak akan terkontrol keseluruhan.
“Tanpa alat pertahanan yang modern dan teknologi canggih, bagaimana menghidupkan bangsa poros maritim dengan teknologi,” ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut Wapres, pameran alat perang ini diharapkan dapat memperkuat pertahanan bangsa dan negara. Pameran ini diharapkan menjadi ajang perdamaian antar bangsa. “Alat perang bukan dipakai untuk perang. Tapi bagaimana menciptakan pertahanan yang kuat,” katanya.
JK melanjutkan, dewasa ini perang menjadi hal menakutkan masyarakat dunia. Sebab, negara yang memiliki teknologi canggih akan dengan mudah melumat negara yang tidak memiliki teknologi. Oleh karena itu, dengan adanya pameran semacam ini dapat saling tukar teknologi dengan negara yang lebih maju dibidang alat perang.
“Teknologi bukan hal mudah, butuh riset dan biaya yang mahal. Selain itu butuh kerjasama. Oleh karena itu pameran semacam ini bisa menjadi pertukaran teknologi pertahanan yang canggih,” ujarnya.
Dia menambahkan, teknologi pertahanan wajib memiliki sumber daya manusia yang baik, infrastruktur yang memadai, dan kerjasama antar bangsa. Teknologi pertahanan juga bermanfaat untuk masyarakat luas secara keseluruhan.
“Pameran Indo Defence, ada kerjasama yang luas, industri yang saling menunjang. Teknologi yang bermanfaat perekonomian bangsa,” imbuh JK.
Pameran Indo Defence ke 6 ini diikuti oleh 671 perusahaan dari 52 negara. Pameran ini diperkirakan akan dikunjungi sekitar 20.000 orang baik dari dalam maupu luar negeri. (if)