bidik.co – Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Ikrar Nusa Bhakti menilai langkah presiden terpilih Joko Widodo meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) adalah langkah politik yang salah.
“Itu kebodohan politik besar yang dilakukan Jokowi meminta SBY menaikkan harga BBM,” kata Ikrar di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (30/8/2014).
Ikrar menyarankan agar Jokowi percaya diri dalam menjalankan pemerintahan tanpa diselimuti kekhawatiran. Menurutnya, pemerintahan Jokowi dapat melakukan penghitungan mengenai anggaran pendapatan belanja negara.
“Nanti Jokowi tahun depan hitung-hitung mengenai anggaran, pendapatan dari pajak berapa,” ujarnya.
Seperti diketahui, SBY-Jokowi melakukan pertemuan empat mata di Nusa Dua Bali, Rabu (27/8/2014). Pertemuan empat mata itu diantaranya membicarakan permintaan Jokowi meminta pemerintah menaikkan harga BBM.
Anggota Komisi VII fraksi PDIP, Effendi Simbolon mengatakan saat berada di luar pemerintahan selama 10 tahun, PDIP selalu menolak kebijakan pemerintah untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Namun kini PDIP meminta Presiden SBY untuk menaikan harga BBM.
“Dalam 10 tahun itu kami tolak empat kali dengan alasan jelas. Kenaikan bukan solusi tepat. Kita masih punya cara untuk efisiensikan BBM itu sendiri,” ujarnya di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (30/8/2014).
Kata Effendi, pemerintah saat ini belum bisa memberikan solusi mengganti BBM dengan bahar bakar alternatif. Oleh sebab itu, PDIP meminta kenaikan harga BBM saat ini.
“Khusus di pemerintahan sekarang tak tampak upaya untuk jauhkan BBM berbasis fosil. Kita enggak cukup waktu untuk kelola BBM dengan berbagai cara, misal konversi bahan non fosil dan potensinya besar,”bebernya.
Kendati demikian, PDIP pernah menaikkan BBM dua kali saat pemerintahan Megawati. Namun kenaikan tersebut tidak bisa mengatasi permasalahan subsidi BBM. “Ketika pemerintahan Bu Mega kita pernah naikkan dua kali sesuaikan harga internasional tapi tak cukup atasi akar masalah BBM itu,” tuntasnya. (if)