bidik.co – Setelah nyaris 48 jam berteger di 10 besar trending topic world wide, tagar #ShameOnYou SBY tiba-tiba menghilang dari jagat Twitter. Tagar tersebut kemudian tergantikan oleh #ShameByYou yang juga menyiratkan kekecewaan pengguna Twitter atas sikap Demokrat atas lolosnya RUU Pilkada.
Diduga, Twitter berada dibalik terhapusnya tagar tersebut. Apalagi, sebelum menghilang tagar ini telah mencapai lebih dari 250 ribu kicauan pada pukul 22.00 WIB.
Dikutip dari The Next Web, Minggu (28/9/2014), Twitter menyatakan dapat menghapus atau mempertahankan suatu konten di situs mereka. Hal itu dilakukan jika ada permintaan khusus dari pemerintah suatu negara.
“Jika kami menerima permintaan dari entitas yang berwenang, dimungkinkan untuk menghapus atau menahan akses terhadap konten tertentu di suatu negara kapan saja.”
The Next Web menyebutkan, Twitter tidak akan menerapkan sistem sensor otomatis. Tapi praktik tersebut bisa dilaksanakan jika ada permintaan resmi dari pihak yang berwenang.
Kondisi itu telah tertulis dalam kebijakan Twitter dalam situs mereka. Jika pemerintah atau lembaga negara tertentu mengajukan keberatan terhadap kicauan, konten atau akun tertentu, bila dianggap memenuhi aturan maka pengelola akan menghapus, meredam atau menahan akses terhadap konten tersebut.
Kondisi ini bisa saja mereka lakukan terhadap tagar #ShameOnYouSBY. Dalam hal ini, Twitter bisa saja berdalih tidak menyensor #ShameOnYouSBY, tapi atas permintaan pemerintah Indonesia tagar dihilangkan dari trending topics global.
Walau banyak pengguna Twitter yang berasumsi bahwa pemerintah (Kemenkominfo) berada di balik menghilangnya tagar tersebut dari linimasa Twitter, alias disensor, namun belum ada konfirmasi resmi dari pihak pemerintah maupun Twitter.
Namun jika membaca halaman FAQ di website resmi Twitter, setidaknya kita bisa tahu bahwa algoritma trending topic itu dibuat berdasar perubahan dan peningkatan, bukan volume atau jumlah yang memperbincangkan.
Di halaman tersebut, di bagian “How are Trends determined?” Twitter menuliskan bahwa tren yang ditampilkan berdasar algoritmanya dinilai berdasar akun siapa saya yang di-follow serta lokasi pengguna Twitter.
Algoritma tersebut kemudian akan mengidentifikasi topik yang mendadak populer, alih-alih topik yang telah populer cukup lama, dan sudah ada dalam keseharian.
Dengan algoritma itu, Trend di Twitter berusaha menunjukkan pengguna mengetahui topik hangat yang sedang berkembang dan diperbincangkan di Twitter, bukan yang sudah lama ada.
Bisa jadi, tagar #ShameOnYouSBY yang populer selama hampir dua hari tersebut menurut algoritma Twitter sudah menjadi hal yang umum diperbincangkan sehari-hari dan tidak termasuk dalam kategori baru atau sedang hangat diperbincangkan.
Pada hari Minggu (28/9/2014) tagar terkait topik serupa, namun dengan penulisan berbeda, #ShamedByYou, pun dapat naik ke trending topic. Jika mengikuti logika dari penjelasan resmi Twitter, ini artinya tagar baru ini memang sedang tumbuh pesat. (if)