bidik.co — Karpet merah sudah dibentangkan untuk beragam sisi kehidupan bagi Tionghoa di Indonesia, termasuk di dalamnya hak politik.
Kamis 19 Pebruari 2015, seorang keturunan Tionghoa, Wang lei kembali merayakan Tahun Baru Imlek. Ini adalah Tahun Baru Imlek yang kesekian kalinya, yang bisa ia rayakan dan nikmati bersama keluarganya di Indonesia.
Kebahagiaan agaknya memang tengah menaungi kalangan etnis Tionghoa atau China di tanah air. Bukan lantaran perayaan Imlek esok hari, tapi boleh jadi karena semua capaian telah berada dalam genggaman mereka. “Kami berterimakasih kepada almarhum Gus Dur,” kata Wang lie.
Warga Indonesia keturunan Tionghoa punya harapan besar di tahun Kambing Kayu. Mereka berharap bisa dilibatkan dalam pembangunan, tak hanya di bidang bisnis, tetapi juga di sektor strategis lainnya.
Benny G. Setiono, Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI), menilai Indonesia saat ini jauh lebih bersahabat dengan warga etnis Tionghoa ketimbang di zaman Orde Baru. Contoh kecil yang bisa dilihat adalah perayaan Tahun Baru Imlek yang dalam beberapa tahun terakhir berlangsung meriah.
“Pada zaman Orde Baru kami betul-betul tidak berdaya, hanya punya peluang di bisnis saja. Sebagian yang bberhasil dijadikan kroni sehingga memunculkan stigma negatif terhadap etnis Tionghoa sebagai Binatang Ekonomi,” ujar Benny kepada CNN Indonesia, Kamis (19/2).
“Padahal tidak semua pebisnis Tionghoa seburuk itu,” kata Benny. Dengan semakin berkembangnya demokrasi di Indoneisa, Benny mengatakan semakin banyak etnis Tionghoa yang unggul di banyak bidang.
“Kami berharap ke depannya kami bisa melakukan pengabdian dari banyak sektor, tak hanya di bidang usaha,” jelasnya.
Harapan serupa juga dikemukakan oleh Sofjan Wanandi, pelaku usaha keturunan Tionghoa yang kini masuk dalam Tim Ahli Wakil Presiden. Mantan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) ini optimistis pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla akan memberikan peluang yang lebih besar seluruh warga negara dari berbagai etnis.
“Di sektor pembangunan saya optimistis akan lebih baik kalau melihat program-program ekonomi saat ini yang concern pada infrastruktur,” tuturnya.
Sofjan berharap Hari Raya Imlek 2015 dijadikan momentum untuk mengevaluasi diri dan pencapaian-pencapaian yang telah diperoleh untuk dijadikan bekal menuju perubahan yang lebih baik.
“Dan pesan kami yang paling penting, warga etnis Tionghoa bisa dilibatkan dalam pembangunan dan bisa berpartisipasi tidak hanya si bidang ekonomi,” ujar Sofjan Wanandi.
Benny Setiono menghimbau warga keturunan Tionghoa untuk merayakan Imlek 2015 secara sederhana atau tidak berlebih-lebihan. “Kita harus prihatin karena banyak saudara-saudara kita yang masih dalam kesusahaan akibat bencana banir, longsor, dan sebagainya,” ucap Benny. (*)