bidik.co — Penunjukan Jokowi terhadap AM Hendropriyono sebagai penasihat Tim Transisi, menuai kritik dari putri Wiji Thukul, Fitri Nganthi Wani. Fitri mengingatkan Jokowi agar tidak memilih orang-orang yang disebut memiliki rekam jejak hitam. Namun Jokowi beralasan bahwa faktor pengalaman menjadikan Hendropriyono sebagai Tim Penasehat.
Komisi untuk orang hilang dan korban tindak kekerasan (KontraS) menduga Hendropriyono merupakan salah satu pelaku kejahatan kemanusiaan di Talangsari, Lampung tahun 1989. Hendropriyono juga diduga terlibat dalam upaya pembunuhan Munir saat menjabat sebagai kepala BIN.
Menurut Fitri, Revolusi Mental sebuah negara dimulai dari menghargai nyawa rakyatnya meskipun cuma satu nyawa. Dia pun mengingat kasus pembunuhan terencana aktivis HAM Munir yang hingga kini tidak tuntas.
“Almarhum Munir punya jasa besar dalam perkembangan kasus bapak saya. Dan dia dibunuh. Dibunuh karena memperjuangkan hak asasi manusia, termasuk hak asasi bapak saya. Bapak tahu juga kan siapa pembunuhnya? Bapak tahu kan bagaimana negara menyepelekan kasusnya?,” tulis Fitri dalam akun facebooknya, Senin (11/8/2014).
Wiji Thukul merupakan penyair yang hilang dalam pergolakan reformasi 1998 dan belum kembali. Berbagai upaya bersama keluarga orang hilang lainnya sudah ditempuh, tetapi tidak membuahkan hasil.
“Bapak ngerti kan maksud saya? Melawan lupa tidak jauh-jauh dari melawan luka, pak. Dan itu harus tanpa pengecualian. Bisa dipahami kan pak?,” kata Fitri.
“Hindari budaya perkewuh dan tak berdaya karena pernah dibantu orang pak. Jadilah objektif pak. Sensitif lah terhadap mereka yang berpotensi punya lidah penjilat dan membahayakan diri bapak. Saya tahu bapak masih bisa diandalkan,” tuturnya.
Fitri berharap kritik ini bisa menjadi ujian bagi Jokowi sebelum menjalankan roda pemerintahan. Menurutnya, langkah yang diambil gubernur DKI itu jelas akan menyakiti perasaan keluarga korban pelanggaran HAM.
“Semoga ujian ini cepat berlalu karena melihat bapak seperti ini kami turut tersakiti pak. Di tanganmu ada harapan kami, jangan remukkan itu,” pintanya.
Dia pun meminta agar Jokowi dapat mengkaji kembali keputusannya tersebut. “Saya tahu bapak masih bisa kami cintai. Karena bapak hanyalah satu-satunya, berbeda dengan yang lain,” tandasnya.
Sementara itu menurut Jokowi, faktor pengalaman menjadikan Hendropriyono mendapat kedudukan tersebut.
“Ya supaya menasihati masalah intelijen, kita perlu tahu. Kita perlu ngerti,” kata Jokowi di kantornya, Jakarta, Senin (11/8/2014).
Jokowi pun tak mempermasalahkan latar belakang mantan Kepala BIN itu disebut melanggar HAM sewaktu bertugas dulu. “Ya hanya itu kan katanya, belum tentu juga. Hal seperti itu kan repot juga,” katanya.
Selain itu Jokowi menampik jika Hendropriyono dimasukkan karena titipan-titipan pihak tertentu. “Enggak ada, masa rekomendasi dari mana. Kita itu memburu, bukan rekomendasi-rekomendasi. Ada yang ngerti masalah intelijen, ada yang ngerti masalah militer, ada yang ngerti masalah ekonomi, agama, sosial, itu kombinasi beberapa hal. Misalnya adviser, masalah ekonomi, banyak masalah. Ini negara loh,” tegas dia.
Mantan Pangdam Jaya itu ditunjuk menjadi penasihat kantor Tim Transisi Presiden dan Wakil Presiden, Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK). Penunjukan itu dilakukan kemarin, Minggu (10/8/2014) .
“Iya, kemarin sudah dijelaskan semuanya,” ujar Deputi Tim Transisi Jokowi-JK Hasto Kristiyanto, Minggu (10/8/2014).
Selain Hendropriyono, kata Hasto, ada juga nama mantan ketua umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif, yang akan ditempatkan di posisi yang sama.
Hasto menambahkan, nama-nama ini akan diumumkan ke publik pada waktu yang tepat.”Iya nanti kita umumkan sekaligus secara bertahap, nanti kita dikasih masukan lengkap,” tandasnya. (ai)