Home / Hukum / Yusril Akan Lawan Pemerintah Yang Rusak Tatanan Hukum & Demokrasi

Yusril Akan Lawan Pemerintah Yang Rusak Tatanan Hukum & Demokrasi

bidik.co — Advokat senior Yusril Ihza Mahendra menegaskan bahwa dirinya akan menentang cara-cara pemerintah sekarang melalui Yasonna, yang melakukan intervensi ke partai politik untuk kepentingan dukungan politik ke Pemerintah.

“Selain itu saya menentang cara-cara Pemerintah sekarang melalui Yasonna yang melakukan intervensi ke partai politik untuk kepentingan dukungan politik ke Pemerintah. Makanya saya lawan mereka karena cara-cara seperti itu merusak tatanan negara hukum dan demokrasi. PPP dan Golkar telah mereka kerjain, besok entah partai mana lagi yang akan mereka rusak. Ini pendirian saya,” tegas Yusril, Minggu (12/4/2015).

Yusril juga membantah tudingan Ketua DPP Golkar kubu Agung Laksono, Poempida Hidayatulloh, soal dirinya adalah sebuah ironi dalam kaitan sebagai pengacara DPP Golkar kubu Aburizal Bakrie.

Poempida mengaku bahwa secara tidak sengaja, dirinya mendapatkan link sebuah grup mailing list di penyedia layanan Yahoo, yang berada di tautan berikut; (BUBARKAN GOLKAR- Yahoo Groups- https: // groups.yahoo.com/ neo/ groups/ bubarkangolkar/ conversations/ topics/ 195).

“Ternyata di dalamnya banyak menyebut-nyebut nama Yusril Ihza Mahendra, yang jika kita tidak lupa sejak zaman reformasi cukup berperan dan mendukung untuk dibubarkannya Golkar,” kata Poempida, Minggu (12/4/2015).

“Ironisnya kini Yusril menjadi Pengacara Golkar kubu ARB dalam dualisme Golkar yang ada,” tuturnya.

Menurut Poempida, solusi terbaik yang memberikan jalan tengah yang disajikan oleh Mahkamah Partai Golkar tampaknya tidak serta merta menjadi jawaban final kisruh Golkar.

“Dan kemudian berperanlah Yusril dalam masalah hukum yang pascakeputusan Mahkamah Partai,” kata dia.

“Jika memang Yusril masih mempunyai agenda yang sama seperti di awal reformasi, jelas islah di Golkar tidak akan pernah muncul. Karena agenda membubarkan dan memecah belah masih ada,” paparnya.

Dia berharap hal itu dapat menjadi catatan bagi semua pihak untuk melihat kisruh Golkar dengan lebih jernih dan obyektif.

Terhadap tuduhan tersebut, Yusril mengatakan, dirinya sudah membaca blog yang dimaksud Poempida itu. Artikel berbahasa inggris yang dimuat di situ berisi hal yang sudah usang dan terbantahkan oleh fakta-fakta sejarah yang muncul belakangan.

“Walau nama saya banyak disebut dalam artikel tersebut, tapi tak ada kaitannya antara saya dengan upaya pembubaran Partai Golkar di era reformasi. Tak ada bukti apa pun yang dikemukakan Poempida bahwa saya berperan mendukung pembubaran Partai Golkar di era reformasi,” tegas Yusril.

Dia mengaku sudah aktif menangani perkara Golkar saat ini sejak Agung Laksono cs mengajukan gugatan di PN Jakarta Pusat. Jadi, bukan pascaputusan Mahkamah Partai Golkar seperti dikatakan Poempida.

Dia juga menekankan bahwa dirinya menangani perkara Golkar secara profesional sebagai advokat dan bertindak atas dasar kuasa yang ditandangani Ketua dan Sekjen DPP Golkar di bawah Aburizal Bakrie dan Idrus Marham.

“DPP Golkar ambil kebijakan upaya islah jalan terus dan pengadilan juga jalan. Kalau islah tercapai, perkara di pengadilan dihentikan. Saya tidak ikut dalam tim islah walau saya ikuti perkembangannya,” lanjutnya.

Lagi pula, Yusril menegaskan, upaya islah gagal bukan karena dirinya. Tapi, dua poin yang tak tercapai kesepakatan di antara kedua pihak. Pertama, agar Golkar keluar dari KMP dan masuk KIH mendukung Jokowi. Kedua, ARB diminta menyerahkan jabatan Ketum Golkar kepada Agung Laksono, dan ARB menggantikan Akbar Tandjung jadi Ketua Wanbin. Sementara Akbar jadi ketua dewan penasehat.

“Ini yang bikin islah kedua kubu deadlock. Tak ada hubungannya deadlock tim islah dengan saya seperti dikatakan Poempida,” jelasnya.

Dia mengaku bahwa dirinya sudah berdebat dengan Poempida melalui akun di media sosial twitter, dan Poempida menghilang di jagat maya.

“Saya sarankan agar dia tanya mertuanya, Fahmi Idris, yang sangat mengenal saya, tentang apa yang saya lakukan sejak zaman Soeharto hingga reformasi. Itu agar Poempida tidak ngawur ngomong seenaknya tanpa dukungan data dan fakta sejarah,” ujarnya.

Dia melanjutkan bahwa dirinya bukan tipe manusia pengkhianat atau anggota kelompok ISIS, alias “ikut sana ikut sini”. Dirinya pernah bergabung ke Sekneg di zaman Soeharto tanpa pernah menjadi “orang Soeharto”, dan tak pernah berkhianat pada Soeharto.

“Begitu juga ketika saya jadi menteri di zaman Gus Dur, Mega dan SBY. Saya tak pernah jadi “orang mereka”, namun juga tak pernah khianat pada mereka. Kalau saya beda pendapat saya akan terus terang. Kalau tak ada kesesuaian saya pilih mundur saja,” kata Yusril.

Yusril juga mengaku banyak partai menawari dirinya agar ikut bergabung, termasuk Golkar saat ini apabila berhasil membela ARB dan kubu Munas Bali. “Nanti Anda akan lihat saya saya tetap PBB (Partai Bulan Bintang). Saya tetap konsisten dengan pendirian.”

Yusril melanjutkan, orang awam banyak menilai dirinya membela ARB karena uang, padahal semua tahu ARB lagi seret uang, bahkan hampir bankrut. Toh, Yusril mengaku tetap membela kubu ARB.

“Orang tak tahu kalau kubu Agung Laksono juga mengutus orang agar saya bela kubu mereka, tapi saya tolak walau diiming-iming dengan bayaran besar,” kata Yusril.

“Saya bela ARB dan Munas Bali karena setelah saya pelajari aspek hukumnya mereka pada posisi yang benar. Andai Agung Laksono dan Munas Ancol berada di posisi ARB dan Munas Bali saya akan bela yang Agung Laksono dan munas Balinya,” tandasnya. (*)

Komentar

Komentar

Check Also

Nuroji: Pilkada Harus Jadi Ajang Pendidikan Politik Bagi Masyarakat

Bidik.co— Pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2024 bakal digelar pada November 2024. Pilkada yang terdiri …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.