bidik.co — Paus Fransiskus menyebut pembantaian massal terhadap orang Armenia seabad lalu oleh Kekaisaran Ottoman sebagai tindakan genosida. Pernyataan yang disampaikan pada misa di Basilika Santo Petrus tersebut sontak menuai kemarahan orang Turki.
“Seabad yang lalu, bangsa kita mengalami tiga tragedi yang masif dan belum pernah terjadi sebelumnya. Pertama, dikenal sebagai genosida pertama di abad ke-20 yang melanda orang Armenia,” kata Paus Fransiskus dalam peringatan 100 tahun pembantaian Armenia dilansir CNN, Ahad (12/4).
Akibat pernyataannya tersebut, Paus Fransiskus dipanggil pihak Kementerian Luar Negeri Turki untuk konsultasi. Mantan Duta Besar Turki untuk Vatikan Kenan Gursoy mengatakan, ini untuk pertama kalinya bagi Turki menarik duta besarnya dari Vatikan.
“Penarikan ini menandai berakhirnya hubungan diplomatik kami dengan Vatikan,” kata Kenan Gursoy.
Sementara, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu melalui akun Twitter resminya mengatakan, pernyataan Paus Fransiskus tidak dapat diterima dan dianggap tidak sesuai dengan fakta sejarah.
Secara resmi, kejadian genosida disangkal oleh Turki. Ratusan ribu umat Kristiani Armenia dan umat Muslim Turki disebut tewas dalam kekerasan antarkomunal saat Perang Dunia I.
Turki mengakui bahwa warga Kristen Armenia tewas dalam bentrokan dengan Turki Ottoman, tetapi menyangkal pembantaian itu sama dengan genosida. Turki menyatakan jumlah korban telah dibesar-besarkan dan mereka yang tewas adalah korban perang saudara dan kerusuhan.
Paus Yohanes Paulus 2 dan pemimpin gereja Armenia mengeluarkan pernyataan bersama pada tahun 2000 yang menyebut pembunuhan itu genosida. Tetapi hari Minggu ini merupakan pertama kalinya kata itu digunakan dalam misa di Basilika Santo Petrus.
Sementara itu tahun sebelumnya, Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan, Rabu (23/4/2014), menyampaikan belasungkawa untuk keturunan warga Armenia yang dibantai pasukan Ottoman dalam Perang Dunia I.
Pernyataan Erdogan yang disampaikan pada malam peringatan ke-99 deportasi massal warga Armenia itu merupakan pernyataan pertama seorang pemimpin Turki terkait penilaian dunia adanya pembantaian yang oleh banyak kalangan dianggap sebagai sebuah praktik genosida pertama pada abad ke-20.
“Insiden pada Perang Dunia I ini juga merupakan derita kami,” kata Erdogan.
“Kami berharap dan yakin bahwa warga dari wilayah kuno dan unik ini, yang memiliki kesamaan budaya bisa membicarakan masa lalu ini dengan kedewasaan dan bersama-sama mengenang derita ini secara dewasa,” tambah Erdogan.
“Bersama dengan harapan dan keyakinan itu, kami berharap warga Armenia yang meninggal dunia dalam konteks awal abad ke-20 ini, beristirahat dengan tenang. Dan kami sampaikan belasungkawa kami untuk cucu-cucu mereka,” ujar Erdogan.
Selama ini, Pemerintah Armenia terus mendesak Turki agar mengakui pembantaian 1,5 juta orang yang dilakukan pasukan Kekaisaran Ottoman sebagai sebuah praktik genosida.
Namun, Pemerintah Turki hanya mengatakan sebanyak 500.000 orang Armenia tewas akibat pertempuran dan kelaparan selama Perang Dunia I dan menolak mengakui adanya genosida. (*)