bidik.co — Kondisi politik yang dinamis dan selalu berubah merupakan suatu keniscayaan. Karenanya, karakter politisi menentukan kemampuan suatu bangsa untuk mampu bertahan dan terus melangkah maju. Karakter tersebut adalah politisi yang dilengkapi dengan kualitas negarawan.
Begitu dikatakan Zulkifli Hasan dalam acara konsolidasi dukungan jelang kongres dengan pengurus PAN Indonesia Timur di Hotel Lombok Raya, Mataram, NTB, Minggu (8/2/2015). Zulhas, biasa ia disapa berbicara dalam forum ini sebagai kandidat Ketua Umum PAN.
“Jika masalahnya sudah kompleks dan mengancam kepentingan bangsa, para pejabat negara tersebut seharusnya mendahulukan kepentingan bangsa. Apa ukurannya? Sederhana saja, yaitu aspirasi dan tuntuntan rakyat,” ujarnya.
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) ini mencontohkan bagaimana cara politisi berjiwa negarawan menghadapi kisruh dua lembaga penegak hukum, KPK dan Polri. Mereka membaca secara menyeluruh konflik itu, termasuk membaca aspirasi dan tuntutan publik dapat secara tersurat dan tersirat.
Keputusan seorang pemimpin, sambungnya, tidak harus menyenangkan semua pihak. Tapi terpenting seorang pemimpin bisa bersikap teguh terhadap kepentingan yang lebih besar.
“Politisi dan pejabat publik yang memiliki sikap, keteguhan dan keberpihakan akan mampu mengelola dan keluar dari kondisi tersebut,” terang mantan Menhut ini.
Zulhas menjelaskan, dinamika hukum di Indonesia yang melibatkan Polri-KPK menjadi semacam ujian untuk melihat sikap para pemimpin bangsa. Sebagai salah satu pelaku politik, Partai Amanat Nasional (PAN) berusaha menampilkan sikap kenegarawanan.
“Hari ini kita menghadapi kondisi yang tidak ideal hubungan KPK dan Polri yang penuh dengan dinamika. Sejatinya, ketegangan yang terjadi di antara kedua lembaga tersebut lebih merupakan masalah perorangan yang melebar menjadi masalah lembaga,” kata Zulhas.
Sementara salah satu sumber dari sikap, keteguhan dan keberpihakan terhadap kepentingan besar tersebut adalah bagian dari nilai-nilai kebajikan yang diperjuangkan oleh partai politik. Hal itu sejalan dengan PAN, yang semenjak lahir telah memperjuangkan nilai-nilai kebajikan dan mengedepankan kepentingan rakyat.
“PAN mengacu pada moral agama, kemanusiaan dan kemajuan. Nilai-nilai tersebut adalah beberapa kebajikan utama yang harus terus kita gali sejalan dengan kebutuhan bangsa. Nilai-nilai mengatasi kepentingan golongan dan kelompok sebagaimana yang kita hadapi saat ini,” tegas Zulhas.
Sebagai salah satu kandidat Ketua Umum PAN dalam Kongres IV pada Maret 2015 nanti, Zul ini menilik sebuah solusi sederhana. Yaitu, mendengarkan aspirasi dan tuntutan rakyat.
“Politisi dan pejabat publik yang memiliki sikap, keteguhan, dan keberpihakan akan mampu mengelola dan keluar dari kondisi tersebut. Sumbernya dari nilai-nilai kebajikan yang diperjuangkan oleh partai politik,” tambah Bang Zul. (*)