bidi.co — Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Matta, pemilihan umum tahun ini adalah pemilu yang termahal sepanjang sejarah demokrasi Indonesia.
“PKS berdiri sendiri menghadapi pemilu tersebut tanpa bantuan partai lain. Hasilnya antum sekalian ini, kita yang bertahan itu postur PKS tanpa lemak,” kata Anis Matta saat membuka acara pembekalan anggota legislatif baru periode 2014-2019, di Jakarta, Minggu (21/9/2014).
Selanjutnya Anis mengucapkan selamat kepada kadernya yang lolos karena telah selamat dari badai politik yang yang menerpa partai selama 1,5 tahun terakhir.
“Yang paling kita syukuri kapal kita tidak tenggelam diterpa badai. Ada yang mabuk, tapi antum semua tidak, mudah-mudahan bisa mengarungi samudera yang lebih luas,” kata Anis.
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menggelar pembekalan untuk para kadernya yang duduk di dewan legislatif selama lima tahun ke depan. Sekitar 1.300 kader anggota legislatif peride 2014-2015 mengikuti pembekalan ini.
Anis mengungkapkan, ada berbagai dinamika yang dialami PKS dalam pengkaderannya di ranah legislatif. Misalnya pada periode ini, ada tujuh kader wanita yang usianya di bawah 25 tahun, dan ada pula yang di atas 60 tahun.
“Yang muda, ini pengalaman yang dahsyat dalam kedudukan mereka, yang muda yang berprestasi. Dan yang tua menjadi contoh kegigihannya bagi yang muda,” tambahnya.
Ia juga mengungkapkan, ada pula kader yang naik kelas yakni dari dari DPRD ke DPR, DPRD Kota ke Provinsi. Selain itu, ada pula yang pernah menjabat lalu tidak terpilih dan akhirnya terpilih kembali. Bahkan, menurutnya, pada tahun ini ada kader PKS asal Papua yang tidak menggunakan jilbab.
“Saya juga ingin mengucapkan terima kasih pada anggota legislatif perempuan. Khusus untuk Tami dari Papua, kalau PKS berjilbab sudah biasa, tapi ini, wajah baru PKS,” tambahnya.
Anis mengatakan, para kadernya yang masuk legislatif bukan berasal dari kaderisasi, melainkan kontrak politik untuk memegang penuh komitmen yang sudah dibuat. Ia berharap para kader membuat tahun ini menjadi tahun terindah bagi PKS.
Dalam kesempatan itu, Anis juga meminta kepada kadernya untuk tidak putus asa karena lima tahun ke depan PKS jadi oposisi pemerintahan.
Menurut Anis, hal tersebut tidak perlu disesalkan, karena PKS sudah biasa menjadi oposisi. “Kita dalam oposisi, jangan sedih. Dulu kita pernah cuma sekarang lebih ringan, dulu zaman Pak Hidayat lebih berat,” ujar mantan Wakil Ketua DPR RI ini.
Anis menjelaskan, dalam menghadapi pemerintah ke depan, PKS akan lebih ringan karena memiliki partai yang tergabung dalam koalisi Merah Putih. Perolehan kursi PKS di legislatif pun cukup besar.
“Kita dulu lulus parliamentary threshold juga tidak, cuma 7 kursi dapatnya. Tapi, kita berani oposisi,” tegasnya.
Dia berharap agar koalisi Merah Putih ini bisa mempertahankan kekuatan politik pada tahun-tahun yang akan datang.
Lebih lanjut dia menegaskan, menjadi partai oposisi bukanlah sebuah pilihan. Tapi, harus digarisbawahi, hal ini merupakan risiko yang harus diambil dari sebuah demokrasi.
“Kita ingin memimpin, tapi kalah sesederhana itu. Ini hanya bagian ibadah karena paketnya sama, dalam pemerintahan atau di luar pemerintahan,” ungkapnya. (ai)