bidik.com — Rapuhnya partai politik yang tergabung dalam Koalisi Merah putih (KMP) atas godaan kekuasaan dinilai sebagai bentuk demokrasi tanpa moral politik.
Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai, hal itu merupakan bukti bahwa sikap partai politik (parpol) yang masih pragmatis dan oportunis.
“Bagi parpol bermain di tikungan akhir seperti itu seolah sah-sah saja dan tak melanggar etika dan fatsun politik,” ujarnya, Minggu (21/9/2014).
Menurut Siti, yang terjadi di KMP adalah bentuk dari elite parpol yang belum mau mereformasi diri parpol agar respek publik dapat lebih baik.
“Padahal yang sangat dibutuhkan sekarang adalah keterukuran konsistensi dari elite dan parpol dalam membangun demokrasi yang berkualitas,” jelasnya.
Siti menegaskan bentuk demokrasi tanpa moral politik itu berarti demokrasi transaksional. Demokrasi yang menghalalkan semua cara dengan menggerus nilai-nilai itu sendiri.
Sementara itu Partai Golkar membantah jika dikatakan Koalisi Merah Putih (KMP) tidak solid dan rapuh. Partai Golkar salah satu anggota KMP mengaku akan konsisten di KMP.
“Koalisi Merah Putih jelas, Partai Demokrat nggak mau duduk di kabinet, Golkar nggak mau, Gerindra ngga mau, PPP kubu Romi juga tidak mau ke kabinet, termasuk PAN,” tandas politikus Golkar Agun Gunandjar Sudarsa di Gedung DPR, Jumat (19/9/2014).
Ketua Komisi II DPR ini menambahkan jika berlabuh ke PDIP memang partai-partai yang tergabung di KMP akan menjadi rapuh.
“Kalau ke Jokowi, pasti jadi rapuh. Jadi dalam konteks sistem, di sana katanya tanpa syarat, katanya nggak ngasih (jatah menteri),” ujarnya.
Sebelumnya Ketua DPP Partai Gerindra, Desmond J Mahesa, menuding kalau koalisi Merah Putih (KMP) tidak akan bertahan lama. Jikapun tetap akan bertahan, tentu jumlahnya tidak akan sebanyak saat ini.
“Saya katakana kalau koalisi merah putih itu sangat rapuh. Tapi kenapa seperti solid, itu karena partai-partai yang tergabung di koalisi merah putih, merupakan partai yang pernah ditolak kubu PDIP dalam pilpres,” kata Desmond, Jumat (19/9/2014).
Anggota Komisi III DPR RI itu menjelaskan, kedepan Gerindra tidak akan terkejut jika pada saatnya nanti satu-persatu parpol yang tergabung dalam koalisi merah putih akan menyebrang ke kubu pasangan terpilih dan memimpin pemerintahan, Joko Widodo-Jusuf Kalla. Dan jika hal itu terjadi, Gerindra tidak akan mempersoalkannya.
Lebih jauh politisi yang juga mantan aktivis ini menjelaskan, jika memang nanti kekhawatirannya akan terjadi, maka lanjut Desmond, KMP kemungkinan hanya diisi oleh dua partai politik, yakni Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
“Gerindra dan PKS yang tetap bertahan. Kalau Gerindra tentu tau sendiri kan. Kalau PKS karena ideology partai mereka tidak sejalan dengan PDIP,” tandasnya. (ai)