bidik.co – Anggota Tim Transisi Joko Widodo-Jusuf Kalla, Anies Baswedan, mengatakan, timnya berkonsentrasi dalam dua hal.
“Yang pertama, konsentrasi dalam transisi dari pemerintahan SBY (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono) ke Jokowi,” kata Anies seusai menghadiri peringatan Hari Konstitusi dan HUT Ke-69 MPR RI di Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Sabtu (30/8/2014).
Yang kedua, lanjut Anies, adalah transisi janji kampanye pasangan Jokowi-JK menjadi program kerja. “Bukan program kerja yang lengkap, melainkan yang harus dijalankan segera pada awal pemerintahan,” tuturnya.
Anies menambahkan, siapa pun yang ditunjuk masuk kabinet, ia bisa langsung bekerja, meski belum resmi dilantik. Menurut dia, masukan nama-nama orang yang akan mengisi kabinet sudah cukup banyak dan bervariasi. “Kalau urusan nama (calon menteri) bukan urusan Tim Transisi,” tekan Anies.
Ia juga menegaskan bahwa mereka tidak mengkaji atau membahas nama-nama menteri untuk kabinet pemerintahan baru mendatang, tapi lebih merumuskan dan membentuk program-program kerja.
“Soal nama-nama menteri bukan tanggungjawab dan bukan bagian dari Tim Transisi,” kata Deputi Tim Transisi Joko Widodo-Jusuf itu.
Ia menuturkan, tim transisi hanya menampung nama-nama calon menteri yang diajukan masyarakat melalui pooling atau usulan langsung dari masyarakat.
“Ya tim transisi hanya menampung nama-nama yang di usulkan masyarakat bukan yang menentukannya,” kata Anis.
Menjalankan program dengan baik itu, kata Anis, maka menteri yang duduk di kabinet Jokowi-JK harus cepat bergerak untuk bekerja.
“Siapapun yang ditunjuk di kabinet itu bisa langsung bergerak,” katanya.
Tim Transisi dibentuk untuk mengantarkan transisi kepemimpinan dari pemerintahan Susilo Bambang Yodhoyono ke pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. Tim ini dipimpin oleh Rini M Soemarno, mantan Menteri Perdagangan dan Perindustrian.
Dalam menjalankan tugasnya, Rini dibantu empat deputi, yakni Andi Widjajanto, Hasto Kristiyanto, Anies Baswedan, dan Akbar Faizal.
Tim ini juga diperkuat sejumlah penasihat senior yang terdiri dari tokoh Nahdlatul Ulama (NU), Hasyim Muzadi; tokoh Muhammadiyah, Buya Syafi’i Maarif; mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan era Abdurrahman Wahid, Luhut Pandjaitan; dan mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Hendropriyono. (if)