bidik.co — Aksi Paguyuban Masyarakat Tradisi (Pametri) Yogyakarta di rumah tokoh reformasi Prof Amin Rais, dinilai telah menodai budaya Jawa. Selain itu telah dijadikan sebagai instrumen tak etis.
“Nilai luhur ruwatan sebagai salah satu budaya Jawa, justru dijadikan instrumen tak etis oleh Pametri, yang hanya dikarenakan perbedaan pendapat dalam politik,” tegas Pengasuh Lawang Ngajeng, Gus Wahyu NH Aly, Senin (21/10/2014).
Selanjutnya Gus Wahyu mengatakan, perbedaan dalam metode mengisi demokrasi, selama masih di wilayah hal yang bisa didiskusikan, seyogyanya dilakukan dengan cara-cara yang sehat.
“Apa yang dilakukan Pametri, justru memperlihatkan kurangnya spirit demokrasi,” papar Gus Wahyu.
Ia juga mengatakan, dirinya termasuk yang tidak sependapat dengan mekanisme Pilkada melalui DPRD. Namun, ada baiknya apabila ada perbedaan tidak dinilai dari sisi salah dan benarnya.
“Baik yang berpandangan Pilkada langsung ataupun yang tak langsung, semua memiliki maksud yang baik. Hanya perbedaan pendapat tentang sisi mana yang lebih maslahah. Jadi meskipun saya lebih cenderung cocok Pilkada langsung, bukan berarti saya memiliki hak menyalahkan pihak-pihak yang menggolkan Pilkada tak langsung,” tutupnya.
Sementara itu eksponen Angkatan Muda Muhamamdiyah di DIY melaporkan aksi ruwatan terhadap Amien Rais ke Polda DIY. Agus Sunandar, koordinator kegiatan dari Paguyuban Masyarakat Pelestari Tradisi (Pametri) dan kawan-kawan dilaporkan atas dugaan melakukan perbuatan fitnah, perbuatan tidak menyenangkan dan penghinaan.
“Kami mendesak Polda DIY agar dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya mengusut, memeriksa dan menangkap Agus Sunandar dan kawan-kawan guna mempertanggungjawabkan perbuatannya,” kata Humas Eksponen Angkatan Muda Muhammadiyah DIY, Irawan Puspito, dalam keterangan tertulis, Senin (20/10/2014).
Eksponen Angakatan Muda Muhammadiyah yang melaporkan Agus Sunandar dan kawan-kawan terdiri dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Pemuda Muhammadiyah (PM), dan Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM).
Dikatakan, aksi ruwatan yang dilakukan Agus Sunandar dan kawan-kawan dari Pametri di depan kediaman mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Amien Rais di Perumahan Sawitsari, Pandeansari, Condongcatur, Depok, Sleman, pada Kamis (16/10) pekan lalu tak bisa ditolerir.
Dengan dalih ritual budaya mengadakan ruwatan, tapi nyatanya secara sengaja dan sistematis mereka menyebarkan kebencian, fitnah, hasutan dan perbuatan tidak menyenangkan dengan memakai simbol tokoh Wayang Sengkuni yang ditunjukan kepada Amien Rais.
“Dalam tempo 3 x 24 jam kami akan kembali mendatangi Mapolda DIY guna meminta penjelasan atas perkembangan penanganan laporan yang kami,” sambung Irawan.
Lebih lanjut dikatakan, di dalam kehidupan berdemokrasi pro kontra merupakan sesuatu yang lumrah dan karenanya Eksponen Angkatan Muda Muhammadiyah bisa memahami. Tetapi apa yang dilakukan Agus Sunandar dan kawan-kawan sudah melebihi batas kewajaran.
“Melabelisasi seseorang secara keji merupakan tindakan yang tidak beradab, dan justru bertentangan dengan semangat Pametri dalam melestarikan tradisi itu sendiri,” tegas Irawan.(ai)