bidik.co – Perseteruan dua kekuatan besar politik di Indonesia belum juga mereda. Arena pemilihan presiden yang diperkirakan menjadi klimaks, rupanya justru menjadi awal bagi perseteruan-perseteruan berikutnya di DPR maupun MPR.
Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung (CT) menilai, persaingan politik yang terjadi saat ini sudah berlarut-larut. Dampaknya sudah pasti tidak akan produktif bagi perekonomian Indonesia.
“Karena itu, wahai para politisi, akurlah,” ujarnya di Jakarta, Kamis (9/10/2014).
Menurut bos CT Corp tersebut, pasar dan pelaku usaha meyakini jika persoalan yang dihadapi Indonesia saat ini begitu kompleks, sehingga tidak mungkin diselesaikan oleh satu kelompok politik saja.
Karena itu, polarisasi kekuatan eksekutif di tangan kubu Jokowi (Koalisi Indonesia Hebat) dan legislatif di kubu Prabowo (Koalisi Merah Putih) membuat pasar ketar-ketir.
“Mereka tidak berantem saja, pasar sudah nervous. Apalagi kalau berantem terus, pasar bisa berhenti bekerja,” katanya.
CT menyebut, baik kubu Jokowi maupun Prabowo, sebenarnya sudah mengetahui apa yang terbaik untuk ekonomi Indonesia. Karena itu, yang diperlukan adalah kebesaran hati masing-masing kubu untuk bergandengan tangan dan menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan kelompok.
Konglomerat yang masuk jajaran orang terkaya di Indonesia itu menyarankan, dua kubu untuk bertemu dan duduk bersama. Hanya dengan itu saja, dia meyakini optimisme pasar akan melonjak.
Apalagi jika pertemuan itu menghasilkan solusi untuk saling membantu membangun negara dari sisi eksekutif dan legislatif. “Pasar pasti akan rebound (naik kembali), iris kuping saya kalau itu tidak terjadi,” ucapnya serius.
Ia berharap pemerintah mendatang bekerja ekstra untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. “Jangan hanya membangun di atas fondasi yang ada, tapi harus lebih keras lagi,” katanya.
Menurut dia, pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menyiapkan landasan yang kuat bagi pemerintahan mendatang. Pada akhir masa jabatannya, semua menteri dan pejabat Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) Jilid II berusaha mewariskan pemerintahan yang stabil. “Kami ingin happy landing,” ujarnya.
Untuk menyiapkan fondasi itu, Chairul rela berkeliling Indonesia melakukan kunjungan kerja guna memastikan segalanya lancar. “Saya ini sudah seperti Bang Toyib. Enggak pulang-pulang karena berkeliling untuk menyelesaikan pekerjaan,” dia mengungkapkan.
Karena itu, ia berharap pemerintah mendatang yang akan menjalankan pembangunan hingga lima tahun ke depan, bisa bekerja lebih keras lagi. Dengan demikian, pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat meningkat.
“Tinggal melanjutkan. Namun jangan sampai pemerintah mendatang tidak bekerja keras,” tuturnya.
Presiden terpilih Joko Widodo dan wakilnya, Jusuf Kalla, akan segera dilantik menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono pada 20 Oktober 2014. (if)