bidik.co — Wakil Ketua Umum Partai Golkar Fadel Mohammad mengaku sempat mengingatkan kesalahan calon presiden Prabowo Subianto yang menyebut pemilu di Indonesia seperti di negara totaliter, fasis, komunis, dan lebih parah dari pemilu di Korea Utara.
Prabowo sebelumnya mengungkapkan hal tersebut saat berorasi di sidang perdana perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) di Gedung MK, Jakarta Pusat, Rabu (6/8/2014) lalu.
“Saya kan waktu itu hadir juga di MK, memang terkesan beliau sedikit emosi. Karena beliau dapat data, ada beberapa puluh TPS yang pemilih Prabowo-Hatta nol. Padahal, ada saksi dari partai, ada dari teman PKS. Mereka kan pasti memilih jadi tidak mungkin jumlahnya sama sekali nol,” kata Fadel saat menjadi pembicara dalam rilis survei Saiful Mujani Research and Consulting di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Minggu (10/8/2014) siang.
Survei tersebut membahas mengenai situasi demokrasi di Indonesia pasca-pilpres, salah satunya membahas pernyataan Prabowo saat sidang MK. Saat diberi kesempatan memberi tanggapan, Fadel mengklarifikasi pernyataan Prabowo itu.
Fadel mengatakan, Prabowo merasa bingung dengan jumlah suara nol tersebut dan bermaksud memprotesnya ke MK. Namun sayangnya, Prabowo menyampaikan hal tersebut dengan cara yang tidak tepat.
“Saya bilang di Korea Utara enggak ada pemilu, Mas, parlemen ditunjuk semau dia saja. Kalau digunakan perbandingkan dengan dulu pas Orde Baru, baru pas,” ujar Fadel.
Fadel juga bercerita tentang kejadian seusai Prabowo mencontohkan pemilihan di Korea Utara. Fadel membisiki Prabowo bahwa di Korea Utara tak ada pemilihan umum. Bahkan, kata dia, parlemen saja ditunjuk. “Prabowo baru tahu dan kami tertawa saja,” kata dia.
Fadel menganggap gaya totalitarian era Soeharto dalam pemilihan legislator dan presiden sudah tak ada lagi. “Saya ini dulu pelaku. Jadi bisa saya bandingkan,” kata dia.
Menurut dia, di Kendari, Sulawesi Tenggara, saat itu bisa ditentukan berapa persentase suara Golkar. “Padahal pemilihan di TPS belum selesai,” kata dia. Model itu sekarang tak ada. (ai)