bidik.co — Presiden Joko Widodo (Jokowi) batal memberi nama Trisakti untuk kabinet pemerintahan periode 2014-2019 yang dipimpinnya.
Awalnya, Jokowi yang diusung Koalisi Indonesia Hebat akan memberi nama kabinet pemerintahannya sama dengan ajaran Bung Karno tersebut. Namun, Jokowi menamakan kabinetnya sebagai Kabinet Kerja.
Menanggapi hal itu, mantan politisi Partai Hanura Fuad Bawazier memiliki pandangan lain. Menurutnya, batalnya Trisakti dijadikan nama kabinet lantaran ketidaksukaan elit-elit kapitalis yang berada di balik Jokowi.
“Elit kapitalis tidak suka nama Kabinet Trisakti. Jadi, dalam pemilihan nama kabinet saja Jokowi sudah kalah. Jokowi pakai istilah Trisakti hanya untuk meraih suara rakyat,” ujarnya dalam diskusi bertajuk ‘Kabinet Kerja dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah’ di gedung DPD, Senayan, Jakarta, Jumat (31/10/2014).
Fuad menambahkan, nama Kabinet Kerja yang dibentuk Presiden Jokowi justru tidak mempunyai ruh dan makna. Hal itu dikarenakan tugas pemerintah memanglah bekerja untuk rakyatnya.
“Namanya dibayar ya kerja, tukang sapu saja dibayar kerja. Saya berharap namanya Kabinet Trisakti,” tegas Fuad yang juga mantan menteri keuangan.
Sebelumnya juga telah muncul pertanyaa dengan pemberian nama kabinetnya “Kabinet Kerja”, karena sebelum dilantik, Jokowi memberi nama Kabinet Trisakti.
Menurut Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, pemilihan nama tersebut untuk lebih memudahkan rakyat mengenali kabinet Jokowi-JK. Di samping itu, mantan Gubernur DKI Jakarta itu ingin menekankan semangat kerja untuk rakyat.
“Hal Presiden menentukan nama kabinetnya/pemerintahan, Presiden Jokowi ingin kerja untuk rakyat Indonesia maka kabinetnya di sebut Kabinet Kerja saja yang mudah dipahami rakyat secara luas,” kata Tjahjo, Selasa (28/10/2014).
Meski demikian, lanjutnya, setiap keputusan politik dalam pembangunan pemerintahannya selalu berhaluan Trisakti.
“Kerja dengan implementasi Trisakti dalam setiap pengambilan keputusan politik pembangunannya,” jelas Sekjen PDI Perjuangan itu.
Hal senada dikatakan politisi PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari. Menurut Eva, penamaan itu merupakan hak prerogatif presiden. Menurut dia, Jokowi bukan tipe orang yang suka dengan sebuah jargon melainkan kerja nyata.
“Itu bagian dari prerogatif. Kerja lebih sugestif karena dinamis, bersifat motivasi dan lebih diakrabi rakyat. Jokowi tipe fungsional, tidak suka jargon,” pungkasnya.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) telah mengumumkan kabinetnya untuk periode 2014-2019. Kabinet Jokowi-JK diberi nama Kabinet Kerja.
Jokowi pun membeberkan alasannya menggunakan nama tersebut. Menurut dia, nama Kabinet Kerja dipilih untuk memberi penekanan bahwa semua menteri harus bekerja keras membangun negara.
“Yang paling penting filosofinya, implementasi Trisakti untuk memberikan kesan bahwa kabinet harus bekerja,” ujar presiden yang baru sepekan menjabat tersebut, Ahad (26/10/2014). (*)