bidik.co — Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi berpandangan kongres PAN mendatang demi melakukan regenerasi partai, akan lebih baik jika PAN melakukan penyegaran kepemimpinan.
“Lebih-lebih peluang Hatta untuk pilpres 2019 sangat berat, karena di 2019 mendatang pasti ada perubahan dinamika yang sangat jauh berbeda di 2014 kemarin,” kata Ari, Sabtu (3/1/2015).
Sementara itu Ari melihat dalam Kongres nanti, tak ubahnya seperti pengukuhan kembali peran sentral Amien Rais sebagai pendiri PAN sekaligus rekomendator calon ketua umum PAN mendatang.
“Selama Amien Rais tetap mendapat previledge di partai, maka Amien Rais pasti akan mendukung calon tersebut. Kebetulan Hatta Radjasa tahu selera Amin Rais, sehingga peluang Hatta untuk memimpin PAN cukup besar,” kata Ari Junedi, yang merupakan pengajar Program Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) itu.
Kongres Partai Amanat Nasional (PAN) akan segera digelar, tepatnya pada Maret mendatang. Hatta Radjasa, yang dalam Pilpres 2014 mendampingi Prabowo Subanto, tetap dianggap layak menakhodai PAN untuk lima tahun ke depan.
Sementara itu, nama-nama lain yang akan meramaikan bursa calon ketua umum partai berlogo matahari terbit ini, terkesan “malu-malu”. Apakah kader-kader PAN tidak ada yang berani “bersaing” melawan bekas menteri kawakan di berbagai era kepemimpinan nasional itu?
Saat ini, gelombang dukungan dari berbagai daerah kepada Hatta Rajasa untuk kembali jadi Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) terus mengalir. Dukungan ini merupakan murni aspirasi kader.
Demikian disampaikan Ketua Bidang Politik DPP Garda Muda Nasional (GMN), Muhamad Adnan Rarasina, Minggu (4/1/2015).
Dukungan ini juga, ungkap Adnan, bukan tanpa alasan. Sebab faktanya, Hatta Rajasa mampu menaikkan suara PAN pada Pemilu 2014 menjadi 9,5 juta. Jumlah suara ini naik 3,5 juta dari Pemilu 2009 yang hanya mencapai 6 juta suara. Dukungan pada Hatta agar tetap memimpin ini dalam rangka menjaga amanat rakyat dengan 9,5 juta suara yang telah diberikan tersebut.
Hal ini pun, masih kata Adnan, disadari oleh Amien Rais, yang juga telah merestui Hatta untuk maju kembali. Dan bila belakangan ada pernyataan Amien Rais yang sepertinya berubah dengan mengatakan Ketum PAN cukup hanya sekali maka ini adalah bagian dari dinamika politik yang terus berkembang dari hari ke hari.
“Namun yang pasti sebagai kader muda kami menganggap pesan sesepuh sekelas Amien Rais seorang tokoh reformis adalah seperti fatwa ulama yang tidak berubah-ubah seperti pagi dele sore tempe,” demikian Adnan.
Sedangkan Ketua DPP Garda Muda Nasional (GMN), sayap PAN, Sultan Husein RMOL menilai, Kongres Partai Amanat Nasional (PAN) Maret mendatang di Bali bukan ajang pertarungan, apalagi kalau sampai terjadi kubu-kubuan di antara pendukung para kandidat.
“Ini bukan perang. Ini adalah ajang konsolidasi partai untuk program lima tahun kedepan,” tegas Ketua DPP Garda Muda Nasional (GMN), sayap PAN, Sultan Husein dalam keterangannya, Sabtu (3/1/2015).
Karena itu sangat disayangkan berkembang isu yang menyebutkan kalau si A menang akan menyingkirkan pendukung si B, begitu juga sebalinya. Serta isu-isu yang memecah belah lainnya.
“Ini bukan cara berpolitik yang baik yang diajarkan oleh partai kita sebagai partai yang rahmatan lil alamin partai yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Tidak ada dikotomi anu dan anu. Kita semua bersaudara karena PAN milik kita,” ungkapnya.
Makanya, semangat kebersamaan dan kekeluargaan harus dikedepankan. Jangan sampai kongres sebagai ajang konsolidasi justru menjadi wadah kader PAN menjadi terpecah belah seperti yang dialami Golkar dan PPP.
“Kami atas nama kader muda di PAN berharap semua kader bisa jaga situasi ini tetap kondusif. Dengan segala kerendahan hati atas nama kader muda di PAN kami berharap betul kepada para elit untuk bersikap sebagai seorang negarawan,” bebernya.
Karena Kongres merupakan pesta lima tahunan, kader PAN jangan sampai dikekang dalam menentukan siapa yang paling pas untuk memimpin partai tersebut lima tahun ke depan.
“Persoalan siapa yang layak untuk pimpin partai itu adalah hak prerogatif kader yang punya hak suara yang mewakili 9 juta suara PAN. Sehingga hak mutlak kader untuk tentukan pilihan mana yang terbaik. Maka jelang pesta ini, hak kader ini tidak boleh digiring ke sana kemari. Ini sama saja mengebiri hak mutlak kader,” imbuhnya.
Apalagi, dia mengungkapkan, Hatta Rajasa dan Zulkifli Hasan adalah kader terbaik PAN saat ini. Ditambah, pendiri PAN Amien Rais sudah berkali-kali memberikan sinyal kuat merestui keduanya maju dalam Kongres. Sedangkan posisi Amien sendiri, sebagai penyeimbang alias netral.
“Pada akhirnya siapapun yang keluar sebagai pemenang harus diterima. Itulah demokrasi. Dan Ketum ke depan harus mampu bekerja keras pertanggung jawabkan 9 juta pemilih PAN pada pileg kemarin,” pungkasnya. (*)