bidik.co — Baru menjabat pembantu presiden beberapa hari, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Sudirman Said, sudah menyakiti rakyat.
Terkait rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), Sudirman Said mengatakan, kebijakan mencabut subsidi itu harus dilakukan. Selain dalih defisit anggaran, dia juga menilai harga BBM yang murah akan membuat rakyat bermalas-malasan sehingga tidak ada keinginan untuk keluar dari “zona nyaman”.
Sudirman dikecam. Perkataannya itu telah menyakiti hati rakyat, dan karena itu Presiden Joko Widodo harus menindak tegas.
Analis politik dari Universitas Prof. DR. Moestopo (Beragama) Jakarta, Lukman Hakim, menuding balik justru Sudirman Said yang malas berpikir untuk mencari cara lain agar harga BBM tidak naik.
“Ini bukti sikap seorang penjabat negara yang selalu menyalahkan dan menindas rakyatnya, seperti zaman kolonial Belanda. Masih ada cara untuk mengatasi defisit keuangan negara tanpa harus menaikkan harga BBM,” kata Lukman Hakim, kepada wartawan, Selasa (4/11).
Menurutnya, pernyataan Sudirman Said itu sangat bertolak belakang dengan semangat pemerintahan Jokowi-JK yang berorientasi kerja untuk rakyat. Karena itu, dia meminta kepada Presiden Jokowi untuk menegur, bahkan kalau perlu memecat Sudirman Said agar tidak menjadi beban di kabinetnya.
“Masih banyak yang peduli dengan nasib rakyat. Jokowi jangan ragu-ragu memecat Sudirman Said,” tegasnya.
Menurut dia, janji Presiden Jokowi di saat kampanye lalu tentang gerakan revolusi mental tidak akan terwujud selama menteri seperti Sudirman Said masih tetap berada di kabinet .
“Bagaimana mungkin revolusi mental bisa terwujud kalau mesin kerjanya (menteri) saja anti revolusi mental,” pungkasnya.
Selain itu, Sudirman bersikukuh, pemerintah tetap akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada tahun ini. Meskipun harga minyak mentah dunia terus menunjukkan penurunan hingga ke US$ 80,5 per barel.
Sudirman mengatakan, pemerintah telah memutuskan kenaikan ini, namun belum dapat memastikan kapan kenaikan tersebut akan dilakukan. Saat ini yang tengah disiapkan pemerintah adalah program bantuan kepada kelompok masyarakat miskin sebagai antisipasi dampak kenaikan harga BBM.
“Saya tidak bisa memberikan angka sekarang. Kami sudah sepakat begitu. Jadi nggak perlu dibuat heboh,” ujar Sudirman, dalam diskusi bertajuk “Mimpikah Kedaulatan Energi?” di Kafe Pisa, Jakarta, akhir pekan lalu.
Harga minyak dunia tercatat terus mengalami penurunan sejak pertengahan tahun ini. Pada Juni 2014, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) mencapai US$ 102,18 per barel. Saat ini harganya mencapai US$ 80,5 per barel. Adapun asumsi harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) dalam APBN-P 2014 sebesar US$ 105 per barel. (*)
meski-icp-turun#sthash.miQZHCFe.dpuf