bidik.co — DPP Partai Golkar tengah mengarahkan dukungan para pengurus partai di daerah kepada Ketua Umum Aburizal Bakrie (Ical). Ical akan mencalonkan diri kembali dalam Musyawarah Nasional IX.
Jumat malam (14/11/2014), sejumlah utusan DPP Golkar menggelar pertemuan dengan unsur pimpinan DPD-DPD Jawa Tengah. Ketua DPD II Golkar Purworejo, Keliek, mengatakan, pertemuan yang diprakarsai pihak DPP ditujukan untuk menggalang dukungan bagi pencalonan incumbent sebagai ketua umum periode kedua. Bahkan, diakuinya, penggalangan dukungan lebih mengarah kepada mekanisme aklamasi dalam proses pemilihan ketua umum.
“Memang ada nada-nada semacam itu (aklamasi). Tetapi, konco-konco di Jateng tidak menghendaki,” katanya, Sabtu (15/11/2014).
Kelik menjelaskan, unsur DPD Jateng menginginkan agar proses pemilihan ketua umum dalam Munas IX berlangsung secara demokratis dan adil.
“Kami menghendaki suasana penuh kedamaian, berkompetisi yang sehat. Kalau Pak Ical mau mengikuti pemilihan lagi, ya ikuti seperti calon-calon yang lain,” ujarnya.
Karena itu, mayoritas pimpinan DPD Jateng menolak membubuhkan tanda tangan sebagai kesepakatan untuk memilih Ical di dalam Munas yang recananya digelar pada Januari 2015.
“Kami harus ada kesepakatan lebih dulu dengan tingkat dua,” beber Keliek.
Dia mengungkapkan, dalam pertemuan yang digelar di Yogyakarta itu, pihak DPP Golkar diwakili antara lain Ketua DPP Firman Subagyo dan Wakil Bendahara Umum Bambang Soesatyo.
Keliek menganggap wajar apabila ada upaya dari pengurus pusat Golkar mengarahkan dukungan di daerah-daerah. Namun, yang pasti pengurus Golkar se-Jawa Tengah menolak jika diminta untuk memilih calon tertentu.
“Kami tidak menghendaki suasana seperti itu, kami menginginkan suasana yang damai. Sebelum menentukan pilihan harus ada kesepakatan dengan DPD tingkat II dulu,” tegas Keliek yang juga mantan Bupati Purworejo.
Sementara itu, peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Indria Samego menilai, Ketua Umum Aburizal Bakrie berpeluang besar memimpin kembali Golkar jika mencalonkan diri dalam pemilihan di musyawarah nasional. Ical, demikian disapa, punya modal untuk menang.
“Kalau pendekatan legal formal Ical pasti menang. Dia punya kelebihan yang tidak dimiliki calon lain,” kata Indria kepada wartawan usai diskusi dibilangan Cikini, Jakarta (Jumat, 14/11/2014).
Di antara modal yang dimiliki Ical adalah kuatnya dukungan pengurus daerah. Dukungan daerah tersebut menurut Indria didukung oleh UU pilkada tak langsung.
Menurut Indria, Ical cukup menguasai pengurus daerah untuk juga bisa memenangkan komptesi kepala daerah. UU pilkada tak langsung tak membuat Ical pusing lagi membangun konstituen.
Tapi kata Indria, Ical harus juga melihat masa depan partai Golkar. Saat ini Golkar sedang mengalami distrust yang cukup tinggi dari masyarakat. Terbukti di bawah kepemimpinan Ical Golkar tak menjadi pemenang baik di pileg maupun pilpres.
“Ical harus berfikir Munas ini untuk jangka pendek, utamanya pemilu 2019. Kalau tidak Golkar ditinggal rakyat,” kata Idria.
Ical memang mempunyai modal besar baik secara finansial dan dukungan untuk menjadi ketua umum Golkar. Tapi hal itu harus segera dipertimbangkan lagi.
“Bayar pengurus daerah, beliin mereka tiket, kasih hotel, uang shopping terus pulangnya dikasih sangu ya semua orang mau. Cuma partai jangan dijadikan kepentingan perorangan,” demikian Indria. (*)