Home / Ekobis / MTI: Transportasi Umum Kurangi Kemacetan di Tol JORR

MTI: Transportasi Umum Kurangi Kemacetan di Tol JORR

bidik.co — PT Jasa Marga Tbk mempertimbangkan membatasi operasional truk di Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (Jakarta Outer Ring Road – JORR), menyusul banyaknya keluhan pengguna jalan tol itu karena kemacetan di ruas itu sudah luar biasa setiap harinya.

Namun Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia Danang Parikesit mengatakan solusi untuk mengurai kemacetan di Tol JORR adalah dengan mengalihkan para pengguna mobil pribadi ke angkutan umum. Dengan begitu volume kendaraan di tol akan berkurang dan kemacetan bisa terurai.

“Solusi transportasi lokal yang paling baik adalah mendorong pemakaian semaksimalnya sistem angkutan umum,” kata Danang, Rabu (18/3/2015) malam.

Menurutnya angkutan umum secara karakteristik menggunakan ruang yang lebih sedikit, memberikan polusi dan emisi rendah, serta secara statistik memiliki resiko keselamatan tinggi sejauh disiplin pengemudian dilakukan secara baik. Namun sayangnya minat warga untuk menggunakan angkutan umum masih rendah.

“Masalahnya adalah lalulintas lokal yang menggunakan jalan tol karena solusi angkutan umum tidak tersedia,” ucap Danang.

Pemerintah harus bisa mengakomodir kebutuhan angkutan umum yang layak dan nyaman bagi warganya.

Sedangkan dalam hal JORR digunakan truk dengan muatan berlebihan, kondisi kendaraan tak layak dan lain-lain itu semua karena lemahnya pengawasan dari operator jalan tol, otoritas jalan (Bina Marga dan BPJT), Ditjen Perhubungan Darat serta Kepolisian.

“Hal itu menyebabkan banyaknya pelanggaran yang terjadi. Solusinya dengan menggunakan teknologi merupakan pilihan, termasuk melakukan electronic monitoring hingga electronic enforcement,” kata Danang.

“Tapi sekali lagi tanggungjawab masyarakat dan dunia usahalah yang perlu menjadi perhatian dan kesadaran bersama,” tambahnya.

Danang menekankan bahwa jalan tol bukanlah solusi bagi transportasi perkotaan. Jalan tol atau jalan bebas hambatan secara konseptual dimaksudkan untuk memisahkan arus lalulintas menerus (through traffic) dan lalulintas lokal jarak pendek. Dengan demikian adalah keliru kalau pemerintah menggunakan jalan tol sebagai investasi bagi transportasi perkotaan.

“Sifat dari jalan tol seharusnya adalah toll to toll yang artinya sedapat mungkin merupakan bagian dari jaringan jalan yang melayani lalulintas regional. Kalau mau lebih spesifik, sebenarnya angkutan barang dengan menggunakan truk jarak jauh sebaiknya memang menggunakan jalan tol ini,” tutupnya.

Namun menurut pengamat kebijakan publik Universitas Indonesia (UI) Agus Pambagio, kemacetan yang terjadi di JORR karena meningkatnya volume kendaraan pribadi.

“Mobilnya sudah kebanyakan,” kata Agus, Rabu (18/3/2015).

Menurutnya Tol JORR pada awalnya dibangun untuk truk-truk yang tak boleh lewat Tol Dalam Kota. Truk tersebut mendistribusikan barang ke dari Sumatera ke Jawa dan sebaliknya.

“Memang itu jalurnya truk untuk distribusi barang dari Merak ke Bekasi dan sebagainya, supaya tidak masuk Tol Dalam Kota,” jelas Agus.

Jadi menurutnya tidak bisa truk itu dilarang atau dibatasi jamnya untuk lewat tol, sebab nantinya akan berpengaruh pada perekonomian. Agus mengatakan sebelumnya truk pernah dibatasi masuk tol, namun akibatnya distribusi barang terganggu.

“Kalau dilarang tidak bisa, itu kan jalur distribusi dari pelabuhan. Distribusi ekonomi terganggu, stok berkurang jadinya harga naik,” ucapnya.

Saat ini yang menjadi masalah adalah soal tata ruang di sekitar tol. Agus mengatakan kemacetan parah karena banyak perumahan yang berlokasi di dekat tol yang berimbas pada meningkatnya volume kendaraan pribadi yang masuk tol.

“Coba lihat kalau ada tol baru pasti banyak dibangun perumahan di sana. Apartemen, mal itu dibangun di situ, yang salah masa jalan tolnya. Harusnya Pemprov tidak kasih izin dibangun perumahan, itu harusnya tetap jalur hijau,” ujarnya.

Menurutnya solusi terbaik untuk mengatasi kemacetan yang ada adalah dengan mengalihkan para pengendara mobil pribadi untuk menggunakan kendaraan umum. Hal tersebut bisa mengurangi kemacetan secara signifikan.

“Orang-orang harus pakai angkutan umum karena volume kendaraan itu sudah berlebih. Kemacetan itu tidak bisa diatasi dengan penambahan jalan tapi dengan angkutan umum,” ujar Agus.

Sayangnya angkutan umum saat ini belum memberikan kenyamanan dan keamanan bagi penumpang. Banyak kendaraan yang tak layak jalan dan membuat orang malas untuk menggunakannya.

“Harusnya angkutan umunya yang diperbaiki, tapi tidak diperbaiki,” katanya.

Menurutnya tol itu bukan jalan bebas hambatan dari kemacetan tetapi bebas dari simpangan. “Setiap tol pasti akan macet, di seluruh dunia tol juga macet,” katanya.

Soal rencana pembangunan 6 ruas jalan Tol Dalam Kota, Agus menilai itu bukan menjadi solusi untuk mengatasi kemacetan. Seharusnya pemerintah itu lebih fokus pada perbaikan fasilitas angkutan umum yang ada.

“Harusnya pemerintah itu mikirnya kereta nasional, bus nasional, kenapa mobil nasional memangnya gampang jualnya,” ujar Agus. (*)

 

Komentar

Komentar

Check Also

HIPMI Dorong Kerjasama Pengusaha Muda se-Jawa Barat.

bidik.co —  Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jabar mendorong kerjasama pengusaha muda pada acara ekspor, …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.