bidik.co — Setiap tanggal 22 Desember, Bangsa Indonesia memperingatinya sebagai Hari Ibu. Penetapan itu mengacu pada latar belakang perjuangan perempuan dalam kemerdekaan Indonesia, yaitu keterlibatannya dalam berbagai aspek pembangunan bangsa.
Mengacu latar belakang sejarahnya, sudah semestinya Hari Ibu tidak cukup hanya dimaknai dan diperingati sebagai hari kasih sayang kepada para ibu dengan memanjakan para ibu di hari tersebut, meskipun hal itu tidak salah.
“Memaknai Hari Ibu, seharusnya kita dapat mengambil semangat yang melatarbelakangi sejarah lahirnya hari tersebut, yaitu semangat memperjuangkan hak-hak perempuan dan keterlibatan perempuan dalam membangun kualitas bangsa,” tutur Anggota MPR RI, H. Muhammad Nur dalam Sosialisasi Hasil Keputusan MPR RI, di Kota Banjarmasin, Rabu (23/12/2020).
Selanjutnya Anggota MPR RI dari Fraksi Partai GERINDRA ini menjelaskan bagaimana karakter individu membentuk karakter bangsa. Seseorang dalam kehidupan sehari-harinya, berinteraksi dengan individu-individu lain, hal ini membentuk interaksi dan karakter masyarakat yang pada akhirnya membentuk interaksi dan karakter bangsa.
“Karakter bangsa terbentuk dari berbagai macam interaksi individu dalam masyarakat dalam lingkungan sosial budayanya,” tuturnya.
Karena itu, HMR, begitu H. Muhammad Nur biasa dipanggil, menyodorkan upaya untuk membangun bangsa yang berkualitas dan berkarakter. Kualitas sendiri berarti memiliki stamina tinggi, tangguh dan ulet, cerdas dalam berpikir dan bertindak, terampil dan memiliki kompetensi, mandiri, bertanggung jawab, produktif, kreatif, inovatif, berorientasi ke depan, disiplin, berbudi dsb.
“Pembentukan individu-individu dengan kualitas tersebut tentunya sangat dipengaruhi oleh peranan ibu di sana. Pembentukan karakter tidak boleh diserahkan tanggung jawabnya kepada lembaga pendidikan, sekolah-sekolah dan jalur formal semata. Ibu sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya justru memiliki peranan lebih besar dalam pembentukan karakter anak,” tandasnya.
Selanjutnya, Anggota DPR RI Komisi IX yang membidangi masalah kesejahteraan rakyat ini mengingatkan bahwa waktu anak lebih banyak bersama orang tua, khususnya ibu. Di sinilah urgensi memaknai Hari Ibu, dengan meningkatkan peran wanita dalam pembentukan karakter generasi bangsa. Ibu adalah sosok pertama yang menanamkan nilai-nilai agama, budaya, moral, kemanusiaan, pengetahuan, ketrampilan, moral dan budi pekerti. Peranan seorang ibu sangatlah besar dalam membentuk karakter generasi pembangun bangsa ini.
“Apapun peran perempuan, baik itu perempuan berkarir, perempuan pengusaha, perempuan berkarir di rumah tangga dan lain sebagainya tetap memiliki tanggung jawab yang begitu kompleks. Perempuan kini harus lebih adaptif dengan kondisi kekinian, bagaimana dia mampu memberdayakan potensi dirinya, berprestasi, mengaktualisasi intelektualitas diri, bermanfaat bagi lingkungannya, dengan tetap menjalankan tanggung jawabnya bagi keluarga,” ingatnya.
Harus disadari bahwa dalam keluarga, perempuan merupakan benteng dan pendidik bagi anak-anaknya. Dengan demikian masalah yang terpenting dalah bagaimana menyiapkan perempuan yang berkualitas.
“Yang menjadi tantangan sekarang adalah bagaimana cara kita menyiapkan perempuan sebagai kader pencetak generasi bangsa yang berkualitas di tengah gempuran arus hegemoni budaya asing yang semakin menggerus moral anak bangsa serta pandangan sebagian pihak yang masih menjadikan perempuan adalah obyek,” pungkasnya. (*)