Bidik.co — Iduladha merupakan cara untuk mewujudkan rasa kebersamaan. Karena itu, berpartisipasi dalam penyembelihan hewan kurban merupakan upaya untuk menghilangkan ego dalam diri masing-masing individu.
“Penyembelihan hewan kurban tentu saja akan dapat menghilangkan rasa ego dalam diri masing-masing individu. Sehingga diharapkan dengan berkurban dapat menghilangkan rasa ego pada setiap orang,” tutur Anggota MPR RI dari Fraksi Partai GERINDRA, Nuroji dalam Sosialisasi Hasil-hasil Keputusan MPR RI, di Depok, Selasa (18/6/2024).
Menurut Anggota Komisi X DPR RI yang membidangi pendidikan dan kebudayaan ini, ibadah kurban juga dapat berfungsi sebagai sarana untuk berbagi, yang mencerminkan semangat gotong royong di dalamnya. Gotong royong merupakan bentuk kepribadian dan budaya bangsa yang berakar kuat dalam kehidupan dan tumbuh dari individu masing-masing orang hingga mengakar dalam masyarakat.
“Rasa kebersamaan ini muncul dari sikap sosial tanpa pamrih dari setiap individu untuk meringankan beban yang sedang dipikul. Hal ini telah menjadi tradisi masyarakat setempat untuk menjunjung tinggi semangat gotong royong yang merupakan salah satu bentuk pelestarian nilai-nilai Pancasila dalam sejarah masyarakat Indonesia,” jelas Nuroji.
Selanjutnya Nuroji mengatakan, gotong royong merupakan tradisi warga untuk saling membantu dalam berbagai bidang kegiatan sosial, baik yang didasarkan pada hubungan praktis berbasis kinerja antara kerabat dan tetangga ataupun kegiatan gotong royong lainnya.
“Gotong royong yang mengandung sikap persatuan merupakan salah satu contoh bentuk kehidupan yang memiliki nilai-nilai luhur sila ketiga Pancasila yang mengarah pada persatuan. Praktek gotong royong juga diyakini sebagai tradisi kehidupan bermasyarakat yang merupakan salah satu bentuk pengakaran nilai-nilai Pancasila di tanah air Indonesia, seperti yang tertera dalam Pancasila pada sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia,” tandas Nuroji.
Tentu saja, lanjut Budayawan Betawi ini, tujuan dari sila ketiga ini adalah mengutamakan persatuan atau kerukunan bagi seluruh rakyat Indonesia yang berbeda agama, suku, bahasa, budaya, dan agar nantinya menjadi satu kesatuan melalui sila ini.
“Tujuannya jelas, yaitu meskipun berbeda tetapi tetap satu, atau bisa disebut Bhineka Tunggal Ika. Persatuan Indonesia mengutamakan kepentingan dan keamanan negara, bukan kepentingan individu atau kelompok seperti partai, ras, agama dan golongan,” terang Nuroji.
Pada prinsipnya, tutur Nuroji, dengan berkorban, akan memicu kegotongaroyongan pada masyarakat, yang selanjutnya akan dapat mempererat persatuan dan kesatuan warga sebagai bukti adanya persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat. “Melalui kerjasama yang teratur, rasa kebersamaan, persaudaraan dan keakraban antarwarga selalu terjaga sedemikian rupa sehingga jauh dari perilaku individualistis,” tandas Nuroji. (is/ir)