bidik.co — Partai Golkar kini terbelah. Berbagai upaya islah untuk menyatukan partai yang pernah berkuasa selama 32 tahun ini terus dilakukan.
Dua pihak yang bertikai, baik kubu Agung Laksono maupun kubu Aburizal Bakrie (Ical) sudah membentuk juru runding. Tapi hingga kini upaya rekonsiliasi belum menemui titik terang.
Ketua DPP Partai Golar kubu Ical enggan bicara banyak soal islah. Dia hanya meminta semua pihak untuk menunggu hasil pembahasan para juru runding yang sudah bertemu beberapa kali. Tantowi mengakui belum ada kesepakatan di antara kedua belah kubu.
“Beberapa pertemuan memang belum menghasilkan kesepakatan. Kita tunggu saja,” kata Tantowi ketika dihubungi Metrotvnews.com, Jumat (19/12/2014).
Namun demikian, Wakil Ketua Komisi I DPR ini yakin kebersamaan segera tercipta di partai berlambang pohon beringin itu. “Sepanjang kedua pihak mempunyai keinginan yang sama, kebersamaan itu bisa terjadi lagi,” tegasnya.
Seperti diketahui, kubu Ical menunjuk dua politikus senior Partai Golkar yakni MS Hidayat dan Sharif Cicip Sutardjo menjadi juru runding. Sementara di pihak Agung, juru runding terdiri dari Priyo Budi Santoso, Yorrys Raweyai, Andi Matalatta, Agun Gunandjar Sudarsa, dan Ibnu Munzir
Sementara itu pengturus DPP Partai Golkar kubu Agung Laksono atau hasil Munas IX Jakarta tidak melihat upaya serius dari Akbar Tandjung dalam memediasi islah dengan kubu Aburizal Bakrie (Ical). Sesepuh Golkar itu dianggap mencla-mencle dan tidak lagi netral.
“Kami sangat menghormati bang Akbar Tandjung. Beliau mantan ketua umum dan senior. Tetapi, kita menolak posisinya sebagai mediator karena mediator harus netral. Kita sayangkan beliau mencla-mencle, di mana masyarakat belum lupa atas pernyataan dan keberpihakan di kubu Ical,” kata salah satu Ketua DPP Golkar hasil Munas Jakarta Leo Nababan kepada redaksi, Jumat malam (19/12).
Dia menyayangkan sikap Akbar Tandjung yang tidak memberi teladan baik untuk para juniornya. Padahal, konsistensi itu penting untuk politikus sekaliber Akbar.
“Misal, beliau katakan Munas Bali tidak sah, besoknya bilang Munas Bali yang sah. Seharusnya beliau mengajarkan kami junior-junior ini satu kata satu perbuatan,” kata Leo.
“Jangan salahkan kami kalau meragukan integritasnya bila jadi mediator. Apalagi Akbar Tandjung ketua dewan pertimbangan (kubu Ical), sedangkan kami punya ketua dewan pertimbangan sendiri yaitu pak Siswono Yudohusodo,” jelas orang terdekat Agung Laksono ini.
Leo juga menampik klaim Akbar yang merasa berjasa dalam menyelamatkan Golkar. Lantaran, kala itu banyak tokoh yang berjuang mengangkat Golkar saat terpuruk di awal masa reformasi.
“Peran beliau kita akui sewaktu dulu Golkar terpuruk, wajar saja karena beliau ketua umum. Namun, bukan beliau sendiri, ada juga tokoh lain seperti Agung Laksono ketua organisasi, keanggotaan, dan kaderisasi, Priyo Budi Santoso, Yorrys Raweyai, dan lain-lain. Sekali lagi, bedakan menghormati senior dan peran mediator yang netralitasnya harus terjamin,” demikian Leo. (*)