bidik.co – Keberadaan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero Wacik sampai saat ini belum diketahui pascaditetapkan sebagi tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Berdasarkan informasi dari Staf Pusat Komunikasi (Puskom) Publik Kementrian ESDM, Jero Wacik memang tidak datang ke kantor hari ini. Namun pihak Puskom mengungkapkan belum ada informasi lebih lanjut alasan Jero tidak hadir.
“Pak Jero tidak hadir hari ini, tapi belum ada informasi mengapa beliau tidak hadir”, ujar Salah satu Staf Puskom di Gedung Kementrian ESDM, Jakarta, Rabu (3/9/2014).
Tidak hanya itu saja, dalam keterangan salah seorang Staf Puskom berinisial ‘Y’ ini, Jero sebelumnya ada agenda di Bali namun dibatalkan. Ia juga mengaku belum mengetahui alasan batal berkunjung ke Bali.
“Memang tadinya Bapak ada agenda ke Bali, ada acara Kementrian ESDM disana namun batal, alasannya saya belum tahu pasti”, paparnya.
Kediaman pribadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik juga sepi. Tidak ada satu kendaraan pun yang terparkir. Meski terlihat tanpa penghuni, rumah Jero Wacik sangat terawat. Hunian bernuansa modern dengan dominasi warna abu-abu tersebut dipenuhi tanaman hias, seperti kuping gajah. Di halaman rumah itu berkibar bendera merah-putih dan bendera Partai Demokrat.
Ada yang unik dari rumah seluas 1.500 meter persegi itu. Selain cukup luas dan memiliki pernak-pernik mewah, rumah yang terletak di kawasan Bintaro Sektor 9 itu juga memiliki nama. Ada sebuah papan yang menempel pada tembok samping rumah bercat abu-abu itu. Papan hitam itu bertuliskan “The Waciks” dengan warna huruf emas. Jenis huruf atau font tulisan itu mirip dengan yang biasa dipakai pada logo klub bisbol Amerika Serikat: memiliki lekuk-lekuk, ditulis bersambung, serta dibubuhi garis bawah yang menjuntai.
Saat dibunyikan bel, seorang penjaga keluar. “Tidak ada orang, Bapak dan Ibu (Triesnawati dan Jero Wacik) sudah lama tidak ke sini,” kata lelaki itu.
Ihwal penetapan Jero Wacik sebagai tersangka sontak membuat keluarga Jero Wacik di kampung halaman Banjar Kerta Bhuana, Desa Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, mengalami syok.
Seperti disambar petir, pihak keluarga menyatakan masih tidak percaya dengan berita tersebut.
“Ya Tuhan saya kaget betul, sama sekali tidak percaya dengan berita itu. Saya menyesal dan kecewa, beliau adalah sosok yang baik, paman yang baik. Murah senyum, kata-katanya selalu menyejukkan. Dalam tradisi keluarga kami, hal seperti yang dituduhkan pantang untuk dilakukan,” ujar keponakan Jero Wacik, I Nengah Martono, saat dijumpai Tribun Bali di rumahnya, Rabu (3/9/2014).
Ia mengaku mengetahui berita buruk tersebut setelah dihubungi melalui telepon oleh saudara dan temannya. Sore kemarin, Martono tengah melakukan Ngayah di Pura Batur.
Telepon selulernya terus berdering karena orang-orang ingin memastikan soal kabar itu. Akhirnya ia pulang ke rumahnya dan menghidupkan televisi.
Kabar burung menjadi nyata tatkala KPK memastikan pamannya tersebut ditetapkan sebagai tersangka.
“Orang-orang di pura semuanya tidak percaya. Sampai akhirnya saya pulang dan melihatnya di televisi. Tiba-tiba rumah di sebelah kelihatan di televisi. Itu bohong, itu bukan rumah Jero Wacik, itu rumah keponakannya, rumah saudara saya, anak dari kakak tiri beliau,” jelasnya.
Martono menegaskan, Jero Wacik tidak punya rumah bertingkat di Batur, begitu pula dengan tanah.
Dikatakannya, Jero Wacik hanya memiliki rumah peninggalan mendiang ayah yang kondisinya terkesan jauh dari kata mewah.
Saat Jero Wacik pulang, sebuah Balai Dangin sederhana dijadikan tempat berteduh.
“Karena tidak punya rumah makanya beliau tidak pernah tidur di sini. Mohon maaf, lihat saja kondisinya sendiri. Apa mencerminkan rumah pejabat yang mewah? Tidak kan?” tanya Martono. (if)