bidik.co — Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan agar negara Barat tidak main-main dengan Rusia. Dia mengeluarkan ancaman terselubung dengan menyebutkan senjata nuklir milik Negeri Beruang Merah itu sangat besar.
Surat kabar the Daily Mail melaporkan, Sabtu (30/8/2014), menurut Putin persenjataan Rusia dalam kondisi yang prima. Nuklir mereka juga tengah berada di puncak. “Sebaiknya mereka berpikir ulang untuk memulai konflik berskala besar dengan kami,” ujar Putin.
Ucapan Putin menanggapi serangan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyebutkan Istana Kremlin telah melakukan pelanggaran terang-terangan atas kedaulatan Ukraina dengan mengerahkan pasukan bersenjata demi membantu separatis pro-Rusia.
Putin pun membandingkan pengepungan pemberontak di dua kota yakni Donetsk dan Luhansk seperti pengepungan Kota Leningrad oleh Nazi Jerman pada Perang Dunia II. Pemimpin negara bekas Uni Sovyet itu menegaskan Rusia merupakan salah satu kekuatan nuklir terbesar sejagat dan ini bukan sekedar kata-kata.
Komentar ini dicibir beberapa kalangan lantaran kontras dengan pernyataan Putin sebelumnya yang menyerukan separatis pendukung Kremlin membiarkan tentara Ukraina pulang ke keluarga mereka dan mengakhiri konflik.
Ratusan tentara Ibu Kota Kiev di Donetsk tidak bisa melewati perbatasan sebab dikepung oleh pemberontak pro-Rusia. Mereka dipenjara dan sebagian lagi melakukan tugas-tugas kemasyarakatan seperti menyapu jalan di bawah pengawasan separatis.
Sementara Amerika Serikat menegaskan tidak akan mengambil tindakan militer untuk memecahkan masalah Ukraina.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri AS John Kerry menuduh Rusia telah melanggar integritas wilayah Ukraina, mengatakan tindakan Rusia tersebut telah mempersatukan negara dunia melawan Kremlin.
“Pelanggaran Rusia sebenarnya telah membuat dunia bersatu untuk mendukung rakyat Ukraina,” kata Kerry pada hari Rabu (5/3/2014) dalam sebuah konferensi pers di Paris setelah mengadakan pembicaraan dengan para menteri luar negeri dari Rusia, Inggris, Jerman dan Prancis terkait atas memburuknya krisis di Ukraina.
Namun, Kerry juga menegaskan bahwa Rusia akan memilih jalan diplomatik sebagai penyelesaian. “Itulah awal negosiasi,” ujar Kerry.
“Kami sepakat untuk melanjutkan diskusi yang intens dalam beberapa hari mendatang dengan Rusia, dengan Ukraina, untuk melihat bagaimana kami dapat membantu menormalkan situasi, menstabilkan dan mengatasi krisis,” tambah diplomat tinggi AS tersebut.
Beberapa jam sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa ia dan Kerry sepakat bahwa Ukraina harus menegakkan kesepakatan yang ditandatangani bulan lalu antara mantan Presiden Viktor Yanukovych dan oposisi.
“Kami sepakat bahwa perlu untuk membantu Ukraina, semua petinggi Ukraina memenuhi kesepakatan yang dicapai 21 Februari,” katanya setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS. (ai)