bidik.co – Politisi muda Partai Amanat Nasional yang juga putra mantan Ketua Umum PAN Hanafi Rais mengucapkan selamat kepada Joko Widodo-Jusuf Kalla yang akan menjadi presiden dan wakil presiden 2014-2019. Calon anggota legislatif terpilih ini pun menyampaikan lima pesan terkait pilpres 2014 ini.
Pertama, sebagai generasi muda Indonesia, dia mengingatkan bahwa tujuan utama berdemokrasi adalah menghargai pilihan rakyat. Pilpres sebagai bentuk pesta demokrasi harus tetap menjadi pestanya rakyat Indonesia.
“Oleh karena itu, proses Pilpres 2014 tidak boleh membawa rakyat Indonesia menjadi saling membenci dan terpecah belah, yang justru akan menyengsarakan rakyat Indonesia,” kata Hanafi melalui keterangan tertulisnya kepada detikcom, Minggu (20/7/2014).
Kedua, dia mengingatkan bahwa setelah Pilpres ini, masih banyak tugas berat yang harus dikerjakan untuk menyelamatkan Indonesia dari berbagai persoalan dan ancaman bangsa.
Ketiga, sebagai generasi muda Islam Indonesia, Hanafi mengajak semua pihak di bulan Ramadan ini agar meninggalkan segala nafsu kebencian, dan amarah. Dua nafsu itu menurut dia bisa menimbulkan dampak negatif dalam proses berdemokrasi. ‘Ukhuwah Islamiyah demi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia harus kembali ditegakkan di dalam bulan suci ini,” kata Hanafi.
Keempat, sebagai generasi muda Partai Amanat Nasional (PAN), dia mengucapkanterima kasih dan rasa hormat yang setinggi-tingginya kepada Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Calon presiden dan wakil presiden nomor urut satu itu dinilai telah menjaga secara aktif proses demokratisasi Indonesia melalui Pilpres tahun ini.
“Kami berterima kasih pula kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang telah bekerja keras untuk menjaga dan mengawal proses pemilihan umum yang jujur, bersih dan transparan,” papar Hanafi.
Terakhir, sebagai generasi muda PAN, dia mengajak kepada semua calon pemimpin bangsa, baik yang di lembaga eksekutif maupun di lembaga legislatif, untuk selalu menjaga kebersamaan.
“Kita harus tetap menjaga semangat reformasi untuk menyelamatkan Indonesia dari kemiskinan, dari kebodohan, dari ketertinggalan, dari dominasi asing, dari segala bentuk korupsi, kolusi, nepotisme, serta dari potensi konflik dan intoleransi,” kata pria kelahiran Chicago, 9 Oktober 1979 itu. (ai)