Bidik.co — Pendidikan di era abad ke-21, perlu merujuk pada pemahaman think globally act locally yang berarti mampu berpikir secara global dan mampu bertindak secara lokal sesuai dengan landasan budaya yang dimiliki. Hal ini tentu saja sesuai dengan situasi yang berkembang saat ini.
“Pendidikan di era abad ke-21, perlu merujuk pada pemahaman think globally act locally yang berarti berpikir global bertindak lokal. Tentu saja hal tersebut memiliki makna filosofis, bahwa setiap individu harus mampu mengenal dan memahami akan perkembangan dunia dengan tetap bertindak sesuai dengan landasan budayanya,” tutur Psikolog Sekolah Cikal Madani, Farida Aini dalam “Workshop Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Pendidikan” yang diselenggarakan Yayasan Cikal Madani bekerjama sama dengan Universitas Negeri Jakarta (UNJ), di Bogor, Ahad (23/6/2024).
Menurut Farida, saat ini pendidikan menghadapi tantangan yang cukup fariatif, contohnya di dunia maya. “Gempuran informasi digital dan kemudahan aksesnya oleh seluruh kalangan, menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh para orang tua dan lembaga pendidikan. Karenanya, pendampingan terhadap anak saat berselancar di dunia maya, menjadi bagian penting dalam pola asuh anak saat ini,” terang Farida.
Terkait dengan anak-anak PAUD, anak-anak harus memiliki soft skill, memang tidak terlihat tetapi sangat berdampak. Sebab, soft skill merupakan kombinasi dari people skill, social skill, communication skill, dan karakter atau personality features yang memungkinkan seseorang untuk menavigasi lingkungan, bekerja sama dengan orang lain, menciptakan kinerja yang baik, serta mencapai tujuannya.
“Berbeda dengan hard skill yang berfokus pada ilmu dasar seperti matematika dan sains, soft skill berkisar pada komunikasi, hubungan dengan orang lain, dan disiplin diri,” urai Farida.
Karena itu Farida mengingatkan, pentingnya soft skill untuk dipelajari sedini mungkin. Karena soft skill akan sangat bermanfaat bagi kehidupan anak-anak ke depannya, termasuk untuk urusan profesional ketika anak sudah memasuki dunia kerja.
“Ada empat macam soft skill yang patut diajarkan kepada anak-anak, pertama keterampilan berkomunikasi, kedua keterampilan kerja sama, ketiga keterampilan problem solving, dan keempat keterampilan membuat keputusan,” tandas Dosen Universitas Pancasila Jakarta ini.
Sementara itu Dosen Universitas Negeri Jakarta, Abdi Rahmat mengatakan, pendidikan anak usia dini atau PAUD sangat strategis karena menjadi tahapan yang penting dalam pendidikan. “Pendidikan anak usia dini atau PAUD cukup strategis, karena sebagai tahapan yang penting dalam pendidikan, maka perlu dimulai dari keluarga dan masyarakat. Hal ini penting, PAUD penting bagi kita untuk penguatan pengelolaan pendidikan,” tutur Abdi.
Abdi juga menggarisbawahi apa yang telah disampaikan oleh Farida bahwa keterampilan abad ke-21 yang merujuk pada think globally act locally yang berarti mampu berpikir global dan mampu bertindak secara lokal. Hal ini tentu sesuai dengan situasi yang berkembang saat ini.
“Tadi sudah disampaikan oleh Bu Farida keterampilan abad ke-21 yang merujuk pada think globally act locally yang berarti mampu berpikir global dan mampu bertindak secara lokal. Hal ini tentu sesuai dengan situasi yang berkembang saat ini,” jelas Abdi.
Jika ditarik secara filosofis, lanjut Abdi, berpikir global bertindak lokal, memiliki makna filosofis, bahwa setiap individu harus mampu mengenal dan memahami akan perkembangan dunia dengan tetap bertindak sesuai dengan landasan budaya yang dimilikinya. Individu dituntut untuk mampu menyaring hal-hal yang datang dari dunia luar.
“Memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Membedakan antara sesuatu yang bermanfaat bagi diri dan bagi orang lain dengan tetap mempertahankan kebudayaan yang dimiliki, seperti bersikap, bertindak, berbicara, berpakaian, berjalan, dan lain-lain,” tandas Sosiolog UNJ ini.
Terkait dengan pengembangan kelembagaan pendidikan, Ketua Pembina Yayasan Cikal Madani, Husna menganggap pentingnya untuk menjadi pikiran utama dalam pengembangan pendidikan. Para pelaksana pendidikan merupakan salah satu sub sistem manajemen yang perlu mendapat perhatian yang sama dengan sub sistem manajemen yang lain, ia merupakan kunci keberhasilan pendidikan.
“Dari itu, diperlukan manajemen yang tepat untuk pengembangan manusia. Para pelaksana pendidikan merupakan salah satu sub sistem manajemen yang perlu mendapat perhatian yang sama dengan sub sistem manajemen yang lain, ia merupakan kunci keberhasilan pendidikan,” terang Husna.
Dikatakan demikian, lanjut Husna, karena mengingat era teknologi saat ini, sarana dan prasarana yang lengkap, kebutuhan dana yang mencukupi, tidak menjamin kesuksesan pendidikan dapat diraih, kecuali dengan bantuan manusia yang berkompeten dan berkualitas.
“Saya mengingatkan, ketika ibu guru ibu guru PAUD di sini awal hadir tidak harus dengan pendidikan tinggi terlebih dahulu, tetapi dengan semangat dan keikhlasan, kita bangun kualitas pengajar kita terlebih dahulu. Kenapa demikian? Sebab dari ibu guru – ibu guru itulah, sentuhan pertama terhadap anak-anak PAUD itu dilakukan. Bagaimana bentuk anak-anak itu, merekalah yang membangun,” tutur Husna bersemangat.
Karena itu Husna menganggap betapa pentingnya pendidik, karena mampu memberikan pengaruh terhadap peserta didik, tidak saja melalui pengetahuan yang disampaikannya, namun juga melalui sikap, prilaku, dan ucapannya. Sehingga dengan terpolanya para pendidik, diharapkan peserta didik dapat menjadi manusia utuh sebagaimana dicita-citakan.
“Sumber daya manusia menjadi faktor dominan dalam suatu institusi, tidak terkecuali pada bidang pendidikan. Pendidikan memerlukan SDM yang berkualitas untuk melaksanakan perannya dalam melayani kebutuhan pendidikan masyarakat. Maka di sinilah Sekolah Cikal berkomitmen untuk selalu mengawali pendidikannya dengan meningkatkan kualitas tenaga pendidiknya,” pungkas Husna. (is/san)