Bidik.co – Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, sikap oposisi yang diambil Partai Golkar untuk mematahkan persepsi yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.
“Persepsi yang salah selama ini mengatakan Golkar didirikan untuk berkuasa. Parpol (Golkar) didirikan tak hanya berkuasa di pemerintahan, namun juga siap di luar pemerintahan alias oposisi,” ujar Pangi, Selasa (29/7/2014).
Menurut dia, partai pimpinan Aburizal Bakrie (ARB) itu kalau bersikap juga berperan dalam meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia.
“Oposisi Golkar sangat dibutuhkan untuk memantapkan check and balances dalam pemerintahan. Oposisi bekerja mengontrol pemerintah yang berkuasa (the rulling party), dan diperlukan dalam pembangunan sistem demokrasi,” katanya.
Pangi mencontohkan seperti sistem presidensial pada praktek demokrasi di Amerika serikat yang relatif lebih bagus.
“Antara Partai Republik dan Partai Demokrat di Amerika Serikat. Parpol yang menang pemilu langsung menjadi penguasa, yang kalah pilpres langsung jadi oposisi untuk mengontrol dan mengkritik pemerintahan,” tandasnya.
Hal itu dikemukakan menanggapi ketegasan Partai Golkar akan tetap berada pada barisan Koalisi Merah Putih pada pemerintahan lima tahun kedepan, karena telah mengusung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di pemilu presiden 2014.
Wakil Ketua Partai Golkar Fadel Muhammad mengatakan, kalau partainya menerima ajakan masuk dalam kabinet Jokowi-JK maka itu tidak bagus untuk Golkar yang pindah koalisi.
“Saya pikir pindah koalisi secara etika politik tidak bagus. Pak Aburizal yang menggagas, lalu yang merubah juga. Itu kan tidak bagus,” ujar Fadel di Jakarta Selatan, Selasa (29/7/2014).
Mantan Gubernur Gorontalo itu mengatakan, partainya juga telah membangun koalisi sebelum pelaksanaan pemilu presiden berlangsung yakni terbentuk dalam Koalisi Merah Putih.
“Kontrak politik kan semuanya sudah tahu, saya tidak perlu jelaskan. Terpenting kita kedepankan etika politik,” tandasnya.(ai)