Home / Ekobis / Untung-Rugi Agen Turunkan Harga Elpiji 12 Kg

Untung-Rugi Agen Turunkan Harga Elpiji 12 Kg

bidik.co — Harga elpiji 12 kg sudah diturunkan kembali oleh pemerintah setelah beberapa waktu lalu sempat dinaikkan. Sayangnya, sudah dua pekan berlalu sejak diumumkan turun, harga di lapangan belum ikut turun.

Pemilik agen elpiji PT Cen­trum Niaga Bogor di Kawasan Citeureup, Bogor, Firdaus mengatakan, turunnya harga elpiji tidak membuat pihaknya untung. Sebaliknya, penurunan harga membuatnya buntung.

“Saya membeli elpiji 12 kg ini saat harganya masih Rp 136 ribu. Baru sebagian kecil terjual, pemerintah menurunkan harganya menjadi Rp 129 ribu,” katanya, Selasa (27/1/2015).

Sebelumnya, pemerintah menaikkan harga jual gas elpiji 12 kg sebesar Rp 1.500 per kg atau dari harga Rp 115.000 per tabung menjadi Rp 133.000 per tabung. Namun, pemerintah kembali menurunkan harga jual gas elpiji 12 kg menjadi Rp 129.000 per tabung, atau turun Rp 4.000 per tabung pada, Jumat (16/1/2015).

Menurut Firdaus, stok elpiji 12 kg miliknya masih ada sekitar 200 tabung. Dia mengaku bakal rugi besar jika mengikuti harga baru yang ditetapkan pemerintah.

Sebagai agen dengan modal terbatas, dia berharap, pemerin­tah bisa membuat regulasi yang jelas terkait harga elpiji, sehingga tidak merugikan pedagang maupun konsumen.

Keluhan yang sama disam­paikan pemilik agen elpiji PT Bina Permata Buana, Khoirul Anwar, di daerah Beji, Depok, yang mengaku rugi sekitar Rp 5.000 per tabung karena menjual elpiji 12 kg dengan harga Rp 129.700 per tabung. Padahal, dia membeli elpiji saat harga masih Rp 134.000 per tabung.

“Waktu saya beli masih harga lama. Karena stoknya banyak, jadi belum sempat kejual semua udah turun lagi, rugi lah. Saya sih hanya bisa berharap dalam waktu dekat harganya naik lagi,” ucapnya sambil terkekeh-kekeh.

Direktur Pusat Studi Kebi­jakan Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria mengatakan, turunnya harga elpiji 12 kg tidak dibarengi dengan pengawasan yang ketat. Pemerintah dan Pertamina mestinya mengawasi jalur dan pola distribusi elpiji agar harganya tidak dipermainkan seenaknya di tingkat konsumen.

“Dampak dari jalur dan mata rantai distribusi elpiji 12 kg sangat berpengaruh pada harga jual elpiji ke konsumen. Pertamina juga harus mengawasi kerja agen dan distributornya. Jangan sampai harga sudah turun, tapi di lapan­gan tetap mahal,” tegasnya.

Selama ini, harga jual elpiji di tingkat pengecer sangat ber­variasi. Lebih parah lagi, isi dan takaran tabung elpiji 12 kg ser­ing berkurang di tengah jalan.

“Bisa karena ulah oknum nakal yang sengaja mencuri isi tabung atau karena lainnya. Dampak negatif itu harus diminimalisir pemerintah dan Pertamina,” tegasnya.

Sofyano mengatakan, selama ini Pertamina mengklaim hanya mampu memantau mata rantai distribusi sampai ke agen dan distributor. Tapi di tingkat pengecer sulit dilakukan.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral akan mengandalkan pemerintah daerah (Pemda) untuk mengawasi harga jual elpiji ukuran 12 kg di wilayah masing-masing. Pemda diminta memastikan harga elpiji 12 kg tetap Rp 129 ribu.

“Kami jaga sampai di agen jatuhnya sekian (Rp 129 ribu per tabung). Pemda nanti membantu jaga harga dari agen ke pelanggan,” kata Pelaksana Tugas Dirjen Migas IGN Wiratmaja.

Menurut dia, jika nanti ada agen yang menjual elpiji 12 kg lebih dari Rp 129 ribu, bentuk sanksinya akan diserahkan kepada Pemda setempat. Namun, Wiratmaja mengakui bahwa harga di beberapa derah bisa saja berbeda, tergantung pada kebijakan pemda setempat.

Vice President Corporate Communication PT Pertamina Ali Mundakir mengakui, turunnya harga elpiji 12 kg merugikan agen.

“Kita akui, dengan mekanisme penentuan harga ini, agen elpiji rugi. Kerugian ini ditanggung sendiri oleh agen,” ujarnya.

Ali menjelaskan, kerugian itu dialami agen yang memiliki stok elpiji 12 kg sangat banyak.

“Tapi ini sudah risiko bisnis. Karena ketika harga elpiji 12 kg naik dari Rp 114.900 per tabung jadi Rp 134.700 per tabung dan punya stok banyak, mereka untung besar,” tuturnya. ***

Menghadapi nakalnya agen Elpiji 12 kg, Partai Golkar mendesak PT Pertamina untuk memberikan hukuman. Pasalnya, meski pemerintah telah menurunkan harga elpiji 12 kg dari Rp 3.000 per kg menjadi Rp 1.000 per kg, namun masih banyak agen penjual elpiji yang memberlakukan harga diatas patokan yang telah ditentukan.

“Permasalahan kekisruhan ini harus segera dituntaskan dan diawasi untuk jangka panjang. Sebab, meski pemerintah memutuskan kenaikan elpiji 12 kg Rp 1.000 per kg, namun masih banyak agen nakal yang mengeruk keuntungan melebihi harga patokan pemerintah,” kata Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Golkar Bobby Adhityo Rizaldi, dalam keterangan persnya di Jakarta, Jumat (10/1/2014).

Menurut dia, di beberapa wilayah Indonesia, masih banyak agen yang tidak segera menyesuaikan harga jual elpiji 12 kg. Sebut saja, di Jakarta, Bandung, Aceh dan beberapa daerah lainnya.

Karena itu, kata dia, Pertamina harus berperan aktif dalam memaksa agen penjual elpiji 12 kg untuk menyesuaikan harga jual gas itu, dan memberikan sanksi hukuman bagi agen nakal.

Sikap ini, kata Bobby, menunjukkan keseriusan pemerintah dan PT Pertamina untuk menjaga daya beli masyarakat. Sehingga tercipta sinergi antara kebijakan pemerintah dengan implementasi di lapangan. Bahkan, bila perlu pemerintah harus mengerahkan aparatnya untuk terus memantau para agen nakal yang tersebar di seluruh Indonesia.

“Jangan cuma tebar pesona dengan mengatakan harga elpiji 12 kg turun. Padahal realitanya sama sekali belum terjadi. Harus konkrit donk dan serius untuk membela kepentingan rakyat,” tegas Bobby.

Pihak Pertamina pun akan memberikan sanksi kepada agen penjual gas elpiji 12 kg yang masih menjual gas dengan kenaikan Rp3.500 per kg.

Harga kenaikan gas 12 kg sebelum revisi mencapai Rp 130 ribu per tabung, setelah revisi mencapai Rp 90.500 per tabung. General Manager Marketing Operational Regional III Pertamina Afandi mengatakan agen dan pangkalan gas elpiji harus mematuhi keputusan Pertamina yang telah merevisi harga gas 12 kg.

“Kita akan beri sanksi kepada agen atau pangkalan gas yang masih menjual harga tinggi atau tidak sesuai arahan Pertamina,” jelas Afandi saat meninjau agen gas di Ciawi Bogor Jawa Barat, Rabu (8/1/2014).

Afandi mengatkan sangsi yang akan terkena ke agen atau pangkalan elpiji nakal berupa Pemutusan Hubungan Usaha (PHU). Hal tersebut dilakukan karena menyangkut kepuasan konsumen terhadap harga. Kalau harga tidak turun sementara Pertamina telah menurunkan harga, itu adalah masalah.

“Sangsi skorsing PHU atau dipecat. Agen saya yakin, nggak mau mempertahankan. Kalau konsumen mahal akan protes,” jelasnya.

Afandi menyarankan kepada masyarakat yang mengginkan harga beli gas lebih murah dari pada diantarkan ke rumah yang akan ada selisih harga akibat beban biaya ongkos kirim. “Harga lebih murahan dikit dari pengecer gas yaitu modern mart, agen dan SPBU,” tuturnya. (*)

Komentar

Komentar

Check Also

Difriadi: Nilai-nilai Agama & Pancasila Harus Jadi Pemersatu Bangsa

bidik.co — Kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat merupakan hal penting di dalam kehidupan berbangsa yang multikultural. …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.